
Amlapura (Bisnis Bali) –
Pedukuhan sidha swasti menggelar upacara Pawintenan (pembersihan diri) Massal. Kegiatan ini melibatkan umat Hindu dari berbagai kalangan dan propinsi. Prosesi acara diadakan di Pura Besakih, Jumat (30/8), serta dihadiri oleh Wakil Ketua I PHDI Kabupaten Karangasem, Ida Made Pidada Manuaba.
Menurut Ida Pandita Dukuh Celagi Dhaksa Dharma Kirti didampingi Jro Suryadi, acara prosesi Pawintenan massal ini diikuti oleh 350 orang peserta yang berasal dari berbagai kalangan dan propinsi. Dalam prosesi pelaksanaannya, selain diadakan pawintenan bagi mangku anyar (berpasangan) lanang wadun (suami-istri), penyepuhan pemangku, juga ikut serta pewintenan sari bagi teruna-teruni yang belum pernah mewinten.
“Selain Pesraman Pemangku Siddha Swasti seluruh Bali, peserta pawintenan ini juga ada yang dari Jakarta, Surabaya, dan Sulawesi. Ada mahasiswa hingga balian,” ujarnya.
Lanjutnya, ritual ini digelar bertujuan untuk meningkatkan Srada dan Bhakti umat Hindu menurut Tatwa. Dari sisi finansial, diadakan secara massal untuk membantu meringankan biaya beban umat yang ikuti dalam pelaksanakan upacara.

“Sebagai umat Hindu di Bali meyakini, wajib hukumnya melaksanakan upacara Mawinten, ini berguna untuk penyucian diri secara lahir batin, lalu selanjutnya dapat diamalkan dan dijalankan dalam kehidupan diri sendiri maupun kepada orang lain yang memerlukannya,” jelasnya.
Mengikuti ritual ini secara bersama-sama, kata Ida Pandita, akan mampu membangun rasa kebersamaan, kekeluargaan, persahabatan, juga penghematan secara ekonomi dan yang paling penting adalah membangun kesetaraan.
Menurut Ida Pandita, upacara ini juga sebagai penyucian kembali atau mengajegkan pemangku, suci dalam melayani umat. Hal ini dilakukan guna setiap melaksanakan aktifitas keagamaan harus suci baik lahir dan batin.
Diungkapkannya pula, makna upacara sendiri tidak bisa dinilai dari besaran jumlahnya, puluhan juta dan ratusan juta bahkan hingga miliaran rupiah, hal itu malah terkesan jor-joran. Banyak jalan alternatif serta terobosan baru menghilangkan kesan jor-joran, salah satunya, ritual yang diadakan secara masal (digelar bersama-sama) dan itu lebih efektif untuk memupuk kebersamaan dan kesetaraan antar umat Hindu.
Ida Pandita menambahkan, ke depan akan membuat acara massal lainnya, seperti metatah massal dan sapuh leger yang dupayakan gratis.
“Langkah awal kami dari pelayanan yang dimulai dengan pewintenan massal yang terbagi dalam 3 prosesi, seperti Pawintenan bunga atau sari, bisa dilakukan anak kecil bayi berusia 3 bulan sampai anak-anak. Pawintenan Saraswati harus dilakukan sebelum belajar sastra. Ketika ingin belajar jadi pemangku, undagi, sanging, serati atau memadikan mayat ada pewintenan dasaguna, serta ketika sudah melakukan serati atau balian dilakukan pewintenan ganapati,” imbuhnya.

Pemangku untuk kahyangan tiga wajib melakukan pewintenan panca rsi. Besar kecilnya pewintenan bisa dilihat dari rerajahannya. Pewintenan saraswati di muka, dasaguna sampai di pusar dan di punggung, ganapati sampai punggung juga tapi rajahannya berbeda. pawintenan panca rsi dari ubun-ubun sampai telapak kaki seluruh tubuh.
Wakil Ketua I PHDI Kabupaten Karangasem, Ida Made Pidada Manuaba sangat mengapresiasi acara pewintenan masal ini.
“Kalau bisa dilaksanakan setiap tahun
Sangat membantu umat terutama pemangku,” katanya.
Pawintenan massal ini dipuput Ida Bhagawan Wiweka Dharma dari Monang-maning, Ida Pedanda Bajra Shikara dari Klungkung, dan Ida Pandita Dukuh Celagi. (aya)