ARLI : Bali bisa Kembangkan kembali Rumput Laut

Safari Azis usai pertemuannya dengan Ketua Umum Kadin Bali, Made Ariandi di Denpasar, Senin (14/6/2021).


Denpasar (Spotbalinews) –

Terpuruknya perekonomian Bali selama pandemi berimbas pada kesejahteraan masyarakat lokal. Sektor pariwisata yang menjadi andalan, tampaknya tidak cukup kuat untuk menopang roda perekonomian.

Ketua Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) menghimbau agar Bali dapat membangkitkan kembali usaha di sektor akuakultur, utamanya pengembangan budi daya rumput laut.

“Sebaiknya Bali tetap mengembangkan sektor pariwisata dengan sektor-sektor lainnya secara paralel. Untuk rumput laut sendiri, Bali merupakan wilayah yang sangat berpotensi,” ungkap Safari Azis usai pertemuannya dengan Ketua Umum Kadin Bali, Made Ariandi di Denpasar, Senin (14/6/2021).

Dia mengatakan, Bali merupakan daerah yang pertama membudidayakan Rumput Laut jenis Eucheuma Spinosum dan Eucheuma Cottonii pada awal tahun 1980an kemudian diikuti oleh Provinsi Sulawesi Selatan dan beberapa Provinsi lainnya di Indonesia. Disamping itu, Bali juga pernah menjadi tempat penyelenggaraan pertemuan rumput laut dunia, the 21st International Seaweed Symposium (ISS) pada tahun 2013 yang dihadiri oleh peneliti, pengusaha, pemerhati serta pembuat kebijakan dari 50 negara.

Di Bali, lanjut Safari, budidaya rumput laut pernah menjadi Sumber Penghasilan masyarakat di Pesisir Nusa Dua dan Pulau-Pulau Nusa Penida, Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan. ARLI akan mendorong adanya perluasan wilayah budidaya rumput laut untuk membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat, membantu pemulihan ekonomi Bali, selain juga untuk meningkatkan ekspor rumput laut.

Berdasarkan data statistik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), produksi rumput laut Provinsi Bali tahun 2019 mencapai 849,66 ton (basah), menurun di tahun 2020 menjadi hanya 149 ton (basah).

“Selama ini kami mendapat laporan jika memang ada tantangan yang ditemui untuk mengembangkan rumput laut di Bali, diantaranya karena bersinggungan dengan area pariwisata atau hotel,” kata dia.

Menurut Safari, pengaturan zonasi menjadi sangat penting dilakukan untuk mengakomodir kepentingan usaha pariwisata dan budi daya rumput laut. ARLI berharap agar dibuat tata ruang wilayah antara budidaya rumput laut, lalulintas laut, perhotelan atau resort serta objek wisata lainnya yang disepakati bersama Pemerintah Daerah Kabupaten, Kota dan Provinsi bersama Kementerian dan lembaga terkait, Kadin Bali serta ARLI.

“Sebenarnya bisa digabung menjadi semacam eco-wisata, sehingga tak harus bersinggungan satu sama lain. Banyak turis yang tidak hanya mencari keindahan alam, tetapi juga kearifan budaya lokalnya termasuk kegiatan usahanya,” terang dia.

Besarnya potensi rumput laut di Bali, diharapkan dapat membangkitkan kembali perekonomian masyarakat. Setelah menggandeng Kadin Bali, ARLI menyatakan kesiapannya untuk bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk menindaklanjuti upaya pengembangan rumput laut.

“Ke depan tentu kami harapkan perekonomian Bali segera pulih, di mana komoditas rumput laut juga bisa ikut menopang ekonomi masyarakat pesisir, dan pulau-pulau di Bali” ujar Safari.

Sementara itu, Ketua Umum Kadin Bali, Made Ariandi menyambut baik langkah ARLI untuk membangkitkan kembali budi daya rumput laut di sana.

“Kami sudah bersepakat untuk mengembangkan lagi pusat-pusat produksi rumput laut di Bali. Iklimnya kan cocok untuk budi daya dan bagus juga untuk membuka lapangan kerja baru dan menunjang perekonomian lokal,” kata dia.

Made Ariandi juga mengatakan, pihaknya bersama ARLI akan melaksanakan program pelatihan bagi masyarakat untuk memperkaya wawasan dan kemampuan teknis pembudi daya agar produksi rumput laut di Bali bisa meningkat dengan optimal.

“Kami akan menggandeng pemerintah daerah terkait, sekaligus melibatkan perbankan untuk pembiayaan produksinya, sementara untuk pemasaran ekspornya sudah dijamin oleh ARLI,” pungkasnya.(rls)

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.