Bermusik dalam Jiwa Seorang Musisi Jembrana

Jembrana, Spotbalinews.com –

Musik, keceriaan, dan kebahagiaan dalam berekspresi tentu mendominan bagi para musisi di Jembrana. Tak harus berguman dengan polemik birokrasi yang menghantui para musisi juga. Bebas lepas seperti alam yang masih alami dan natural.

I Putu Gede Budi Sentana mantan pembetot Bass Made Gimbal Band yang sekarang hijrah dengan grup Band barunya yang diberi nama Mr.P yang akrab disapa Tude Poled menceritakan tentang nuansa bermusik terutama di Kabupaten Jembrana. Serius menggeluti musik yang paling ditekuni sejak tahun 1997, berangkat dari band musik sekolah. Hingar bingar di dunia musik dari festival dari 1999 hingga tahun 2000. Kancah ini tak menyurutkan ketika ketika sering bergabung dari satu band ke band lain.

“Musik dimainkan jenis yang genre yang top hit musik tanah air. Hingga kini lebih ke musik All Genre yang lebih bebas bermain musik. Tak harus pakem yang lurus saja, tapi lebih ke luas dan menyukai yang berjiwa nasionalisme. Musik itu harus penuh warna sehingga bisa menelorkan pada generasi selanjutnya. Musik hanyalah sebuah ungkapan perasaan, keceriaan, suka duka dan berkarakter,” tuturnya.

Tude Poled juga sampaikan, sebagai salah satu musisi Jembrana kini perlu sebuah kebebasan bermain baik itu dari panggung ke panggung. Karena sebuah batasan bermusik, tentu juga berdampak dikebirinya para musisi. Beri ruang dan batasan yang lebih transparan. Para pemain musik punya penggemar yang lebih cenderung ke arah fanatisme. Itu hal wajar, akan tetapi perlu juga para penggemar juga paham batasan. Mana yang boleh dan mana yang tidak, tak menjadi benturan saat pentas.

“Musisi punya titik jenuh bila selalu vakum saat kreatif sedang berada di puncak kenyataan hidup. Melahirkan sebuah karya musik juga perlu konsentrasi dan kalkulasi yang lebih ke alam dan insting naluri. Kadang lahir di panggung, kadang bisa lahir saat mengendarai vespa. Saat perayaan Galungan lahir begitu saja karya tentang itu dan pengerjaannya singkat. Bahkan saat bencana Bilukpoh di Kecamatan Mendoyo, itu lahir saat suasana alam yang hancur karena ulah kita manusia,” katanya.

Lugas Tude Poled juga kesenian musik di Bali bagus, banyak seniman musik terutama di Gumi Mekepung ini yang sangat hebat. Hanya saja sentuhan hingga bisa tetap eksis dalam bermusik. Sudah jenuh dengan ketidak pastian yang kadang berontaknya pemusik. “Jujur kita perlu ruang bebas, di Jembrana ada 5 kecamatan yang perlu masing-masing harus bisa mewakili ke ajang yang bisa melahirkan bibit baru, baik vokal, pemain gitar, pemain gitar bass, dan juga drummer. Sebelum merujuk ke ranah umum seperti ajang di Bali ataupun sekala nasional,” paparnya.

Tude tegaskan ini intinya untuk kelak buat anak cucu kita. Intinya setiap kecamatan paling tidak dibikinkan event. Dimana sebelum Hut Kota berlangsung Jembrana sudah mendapatkan bibit bobot untuk ditampilkan di ajang Event Besar khususnya di jembrana sehingga event seperti hut Kota misalnya tidak perlu mendatangkan bintang tamu dari luar karna jembrana pun bisa.

“Berkarya, bermain, dan bahagia itu kejujuran bermain musik. Semoga ini bisa terwujud, karena keinginan untuk pagelaran festival yang lebih memperjuangkan para musisi muda yang berbobot. Hingga didukung juga tanpa menyulitkan musisi secara birokrasi yang sangat benang kusut saat ini. Beri ruang para musisi lokal dan tentunya butuh dukungan dari pemerintah,” pungkasnya.(Edy)

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.