Ketiga Kalinya, Festival Tepi Sawah Digelar di Gianyar


Suasana Jumpa Pers Festival Tepi Sawah, Selasa (25/6) di Antida Music Productions, Jalan Waribang, Denpasar.

Gianyar (SpotBaliNews) –
Tahun ini adalah kali ketiga Festival Tepi Sawah hadir di tengah-tengah hati masyarakat Bali. Festival yang menjadikan kolektivitas khas Bali sebagai semangat utamanya ini, kian menciptakan lingkungan dinamis dan kreatif bagi masyarakat modern-individual dengan menyajikan berbagai kegiatan seni seperti musik, workshop, instalasi seni, dan berbagai cabang seni lainnya untuk berkarya di dalam kebersamaan yang dibalur dengan program-program ramah lingkungan.

Festival Tepi Sawah diproyeksikan sebagai sebuah acara kesenian tahunan berorientasi ramah lingkungan, yang akan melibatkan dan menghadirkan seniman-seniman dari berbagai cabang seni, untuk berkolaborasi dan berkarya dalam kebersamaan. Di pusat lokasi yang sangat unik di pinggiran, Desa Pajeng ini, Festival Tepi Sawah merancang Uma Stage yang melatar-depani panorama simbolik tempat aspirasi ini terlahir di Tepi Sawah.

Festival Tepi Sawah ini lahir dari perpaduan passion dan gagasan dari tiga pelaku seni yaitu Nita Aartsen, Anom Darsana, Etha Widiyanto, yang memberikan kombinasi latar belakang pengalaman di bidang Music Education & Performance, Sound Engineering & Event Managfment, Architecture & Designs. Adalah intensi mereka untuk mengintergrasikan festival ini dengan edukasi dan implementasi tentang environmental suistability, baik di kalangan anak-anak maupun di kalangan dewasa.

“Berbagai line up yang merupakan talent-talent yang luar biasa akan ditampilkan di Festival ini. Tentu masih mengusung semangat Nusantara sebagai konsep utamanya,” ujar Nita Aarsten, sebagai founder Festival, pada acara Jumpa Pers Festival Tepi Sawah, Selasa (25/6) di Antida Music Productions, Jalan Waribang, Denpasar.

Lanjutnya, tahun ini Festival Tepi Sawah menghadirkan line up yang istimewa. “Tahun ini ada yang sangat special. Sinden yang bisa menyanyi jazz dan blues Endah Laras, dan juga membawa talent yang luar biasa umur l7 tahun sinden muda juga dari Solo,” katanya. Ada dalang cilik Narend yang bisa bcrkolaborasi dengan Woro. Highlight yang menarik dari Papua: Papua Mania mereka akan menari dan menggelar kolaborasi. Tak kalah serunya ada Artis Ibukota Anda Perdana yang akan tampil. Juga tak ketinggalan aka nada duo maut antara Balawan feat Made Ciiaaattt.
“Semua artis-artis yang berkontribusi, semuanya akan ikut menyanyi,” katanya.

Selain dihiasi dengan panggung musik, Festival Tepi Sawah juga akan menggelar workshop-workshop yang tak kalah aplk sebagai bahan edukasi, seperti workshop film bersama Erick EST, Workshop cukil dengan Rumah Kelima Workshop tari dengan Dayu Ani dan juga workshop dengan Pak Made Bandem. Turut serta group-group dari generasi muda yaitu dari ISI Denpasar dan juga dari Universitas Udayana.

Di dalam segi tatanan produksi, Festival Tepi Sawah ini dipersiapkan dengan matang dan tahun kc tahun, baik dari segi stag/ tata panggung, juga dari sound-dan lighting, dan kebutuhan produksi lainnya. “Kami mencoba dari tahun ke tahun untuk menyuguhkan scbuah festival yang ramah dengan nada anak-anak, dan keluarga. Untuk itulah kebutuhan sound, lighting yang digarap juga akan mengikuti dan menyamankan anggota keluarga yang hadir, intinya menyamankan semua mata dan telinga ” Ujar Anom Darsana, founder F estival Tepi Sawah yan g bertanggungjawab dari segi produksi.

Dari sisi environmental, Festival Tepi Sawah ini telah sukses dan melahirkan inovasi inovasi untuk bersama mengedukasi peserta festival termasuk para penampil maupun audien serta menjaga kebersihan lingkungan, sama-sama tidak menghasilkan terlalu banyak atau mengurangi sampah dengan cara menggunakan kcmbali alat-alat makan dan minum serta asbak, Lalu dari sisi lain workshop yang akan disampaikan oleh Pak Made Taro dan dari Little Talks.
Hal ini menjadi senada dengan mewujudkan festival yang ramah lingkungan yang mampu dilaksanakan atau dipraktekan olch segenap pengunjung dan segenap penyelenggara.

“Di sisi venue, kami boleh berbangga sebab sudah tiga tahun ini kita masih menggunakan plangplang yang sama dari material yang sama untuk signage seperti rundown, dekorasi dan sejenisnya. Dan juga masih dalam rangka mengurangi sampah dan mengutamakan 3R,” jelasnya.

Hal senada diungkapkan Etha Widyanto, Founder Festival Tepi Sawah.
Dalam gerakan kesadaran lingkungan ini, Festival Tepi Sawah berkolaborasi dengan Clean Bali Series, sebuah program buku dan pendidikan tentang kesadaran lingknngan untuk anak-anak, yang sudah dimulai sejak tahun 2006, dan yang telah aktif menggalang program bulanan “Bali Bersih” di lokasi.
Melalui kebersamaan ini akan menjadikan Festival Tepi Sawah sebagai cerminan dan pembawa pesan kesadaran akan kelestarian lingkungan hidup dengan prinsip reduce, reuse, dan recycle (kurangi, gunakan kcmbali, dan daur ulang) baik dalam hal produksi, penjualan makanan dan minuman, penanganan sampah, pem’ouangan iimbah dan iain-iain.

Festival Tepi Sawah menggunakan area di tepi sawah sebagai pusat kegiatan. Kolaborasi antara seniman adalah suatu konsep yang sangat menarik. Selain itu, Festival Tepi Sawah juga akan mengailirkan beberapa sekuen arsitektur yang menarik. Booth yang akan menycbar di setiap lanskap, dan instalasi semakin menambah kecantikan festival ini. (aya)

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

%d blogger menyukai ini: