Lukisan Abstrak dan Dekoratif Dipamerkan di Galeri Griya Santrian

Kurator, I Wayan Sriyoga Parta dan I Made Susanta Dwitanaya, pada acara Jumpa Pers ARC of Bali: Reload Project # 2019,  Kamis (14/3), di Galeri Griya Santrian, Sanur, Denpasar

Denpasar (SpotBaliNews) –
Bertempat di Galeri Griya Santrian, Sanur, Denpasar digelar pameran lukisan beraliran seni abstrak dan Dekoratif. Pameran yang digelar selama 1 bulan penuh, yakni mulai 15 Maret hingga 15 April 2019 ini menghadirkan 14 perupa dengan jumlah karya sebanyak 27 karya atau judul.

Menurut Kurator, I Wayan Sriyoga Parta dan I Made Susanta Dwitanaya, pada acara Jumpa Pers ARC of Bali: Reload Project # 2019, Kamis (14/3), di Galeri Griya Santrian, Sanur, Denpasar, program kurasi ini adalah serangkaian dari kelanjutan program ARC of BALI Art Award yang telah terselenggara sejak 2018. “Program ini merupakan program rutin dua tahunan yang mengangkat potensi perupa perupa yang memperoleh The best five (5 terbaik),” ujarnya.

Lanjutnya, pada tahun 2019 ini, pameran dibuat menjadi beberapa program dengan menggabungkan kecenderungan karya, penyelenggaraannya bekerjasama dengan beberapa venue di Bali dan di luar Bali.

“Program ini merupakan wujud nyata dari kami untuk menyiapkan serangkaian skema operasional untuk karya-karya terpilih dapat berkembang dan membuka peluang bagi perupa dan dapat menapaki eksistensi dan oreintasi karir ke depannya,” jelasnya.

Kerangka kurasi yang disiapkan dalam program ini juga bertujuan memberi pendampingan untuk memperkuat gagasan visual dan mendorong pempa untuk melakukan riset-riset visual, sehingga karya yang dihadirkan dapat dibarengi dengan konsepsi yang mumpuni.

Pihaknya menambahkan, perihal Tema “INNER EXPRESSION” atau ungkapan batin adalah frame kuratorial yang mencoba mempertemukan para peserta ARC of Bali dengan para peserta undangan terpilih dalam satu mang pameran. “Frame kuratorial ini hadir sebagai sebuah gagasan untuk melihat dan menelisik karya para peserta yang terlibat dalam pameran ini, yakni terdiri dari para perupa dengan kecenderungan abstraksi maupun karya yang cenderung dekoratif,” katanya. Proses penciptaan karya abstrak maupun dekoratif sesungguhnya jika ditelisik lebih jauh mempedihatkan fokus persoalan dan pergulatan perupa atas aspek formalistik tentu saja tanpa bermaksud mengabaikan aspek konteks tematik di dalam karya masing masing perupa.

Dalam karya karya abstraksi ini, pihaknya melihat bagaimana para perupa berproses berbagai aspek etementer yang dikontruksi sedemikian rupa, temalarkan dalam persepsi art masing -masing perupa menjadi sebuah struktur kerupaan yang utuh dan khas.

Realitas (alam) dihadirkan tidak sebagai realitas objektifnya secara representasional tetapi hadir dalam esensi kerupaannya atau terkadang hanya menjadi stimulus atas proses alam. Demkian pula dengan kecenderungan kecenderungan karya yang bersifat dekoratif mupun naivisme, realitas objektif tidak dihadirkan secara representasional melainkan dengan pendekatan abstraksi (penyederhanaan) deformasi.

“Pendek kata dalam seni abstrak dan dekoratif kita melihat bagaimana perupa bermain dengan khusuk pada wilayah kerupaan itu sendiri. Aspek aspek rupa dimainkan, diolah, dijelajah, dengan kemampuan dan nalar visual masing masing perupa, sehingga yang hadir bukan semata salinan atas realitas yang ada di luar diri perupa, namun lebih pada pengendapan apa yang terjadi di dalam (batin) perupa. Pada titik inilah frame kuratorial ini hadir sebagai rangkuman atas apa yang dihadirkan perupa dalam karya karyanya, sehingga bukan sebuah kebetulan yang dipaksakan kenapa para perupa ini harus hadir dalam satu ruang dan momentum presentasi bernama pameran,” tandasnya. (red)

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

%d blogger menyukai ini: