Denpasar (Spotbalinews) –
Penyebaran COVID-19 sudah berdampak terhadap perlambatan dan penurunan pertumbuhan ekonomi secara global. Pembatasan aktivtitas ekonomi juga berdampak terhadap semakin dalamnya penurunan pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2020 ini.
Hampir seluruh Provinsi mengalami pertumbuhan negatif. Hanya terdapat dua provinsi yang tumbuh positif yakni Papua seiring mulai beroperasinya tambang bawah tanah, dan Papua Barat didorong industri pengolahan LNG. Secara bulanan, inflasi tertinggi terjadi di Kalimantan Utara sebesar 0,54% (mtm), sementara inflasi terendah terjadi di Maluku Utara sebesar -0,74% (mtm). Hal itu diungkapkan Deputi Direktur KPwBI Bali, M Setyawan Santoso, pada acara pelatihan wartawan ekonomi, Rabu (14/10/2020) di Griya Santrian Sanur.
Lanjutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II -2020 terkontraksi sebesar 5,32% (yoy) dari pertumbuhan Tw I-2020 yang
sebesar 2,97%. Secara tahunan, inflasi September 2020 meningkat dibanding bulan sebelumnya (1,42% yoy).
Inflasi nasional average yoy September 2020 tercatat sebesar 2,15% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan dengan
September 2019 yang sebesar 2,85% (yoy).
“Average yoy inflasi Balinusra juga mengalami penurunan dari 2,29% (yoy) pada September 2019 menjadi 1,63% (yoy)
pada September 2020.Tingkat average inflasi yoy Balinusra berada dibawah rentang sasaran inflasi nasional 3±1%
(yoy),” katanya.
Lanjutnya, inflasi Bali pada bulan September 2020 sebesar 0,95% yoy lebihj rendah dibandingkan dengan pada bulan September
2019 sebesar 1,41% yoy. Secara umum mobilitas di provinsi mengindikasikan peningkatan memasuki Bulan Mei 2020 atau sebelum di mulainya tatanan kehidupan era baru.
Namun
demikian, mobilitas masih belum kembali pada level normal (Feb 2020)
Setelah menunjukkan penurunan pada triwulan II 2020, kinerja konsumsi RT akan sedikit membaik memasuki triwulan III seiring dengan dimulainya tatanan
kehidupan era baru. Membaiknya kinerja RT tercermin dari mulai membaiknya IKK serta meningkatnya mobilitas terkait aktivitas konsumsi.Realisasi Pendapatan APBD Semesta sampai dengan Agustus 2020 lebih rendah dibandingkan dengan Agustus 2019. Pada Agustus 2020 realisasi
mencapai Rp 14,61 triliun (64,44% dari pagu), lebih rendah dibandingkan Agustus 2019 yang sebesar Rp. 16,76 triliun (60,53% dari pagu).
Katanya, secara spasial, penurunan terjadi di Provinsi dan beberapa Kabupaten/Kota
Realisasi Belanja APBD Semesta sampai dengan Agustus 2020 menurun dibandingkan dengan Agustus 2019. Pada Agustus 2020 realisasi mencapai Rp
11,65 triliun (50,31% dari pagu), lebih rendah dibandingkan Agustus 2019 yang sebesar Rp. 13,59 triliun (46,73% dari pagu). Hal ini tercermin dari realisasi Domestic dan Foreign direct investment (DDI dan FDI) serta impor barang modal. Memasuki
triwulan III, kinerja investasi diprakirakan sedikit membaik, tercermin dari Likert scale investasi dari hasil liaison yang menunjukkan peningkatan.
Disamping itu, terjadi peningkatan
optimisme pelaku usaha dimana terdapat peningkatan rencana investasi pada triwulan III 2020. Setelah mengalami kontraksi pada triwulan lalu, kinerja ekspor mengindikasikan perbaikan sebagaimana tercermin pada melandainya kontraksi pertumbuhan
keberangkatan kargo internasional. Sejalan dengan hal tersebut, kontraksi impor juga melamdai dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Lapangan usaha perdagangan terindikasi mengalami perbaikan dalam skala terbatas, sebagaimana tercermin pada hasil Survei
Penjualan Eceran dan Survei Kegiatan Dunia Usaha. Kegiatan usaha pertanian hasil SKDU menunjukkan peningkatan, namun dalam skala terbatas. Kesejahteraan petani yang tercermin
dalam NTP menurun dibandingkan triwulan II 2020. Hasil liaison di LU Pertanian menunjukkan pertumbuhan negatifBali memiliki trend paling tinggi dibandingkan dengan destinasi lain di asia dan domestik secara worldwide. Sementara itu, secara domestik, pencarian travel to
Bali masih menjadi popularitas kedua setelah Bandung.
Progres sertifikasi CHSE – hotel yg telah lulus verifikasi sertifikasi CHSE per minggu ketiga September 2020 sebanyak 671 usaha pariwisata (hotel,
restaurant,DTW,dll).
Namun demikian, masih terdapat sejumlah tantangan untuk implementasi sertifikasi CHSE di Bali.
Pada bulan September Bali tercatat kembali mengalami deflasi sebesar 0,11% (mtm). Berdasarkan disagregasinya, deflasi terjadi di pada kelompok barang Volatile Food dan Administered Prices.Penurunan inflasi Bali terkonfirmasi dari average yoy September 2020 yang sebesar 2,03% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan dengan September 2019
yang sebesar 2,45% (yoy).
Berdasarkan kelompoknya, penurunan average yoy terjadi di kelompok Core Inflation dan Administered Price. Sementara average yoy kelompok Volatile Food
masih lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebagai dampak kenaikan harga bahan pangan di awal tahun.
(ist)