Made Ramia: GM Hotel Lokal Terjepit TKA

“1st Annual Hotelier Summit Indonesia 2019” yang digelar Global Hospitality Expert (GHE) di Hotel Sovereign Bali, Sabtu (13/7/2019).

Mangupura (SpotBaliNews) –
Maraknya pariwisata Bali saat ini belum diimbangi dengan terangkulnya secara maksimal Tenaga Kerja Lokal (TKL). Bahkan posisi tenaga lokal di industri pariwisata khususnya hotel masih sedikit, sedangkan Tenaga Kerja Asing (TKA) yang menduduki posisi strategis cukup mendominasi.

“GM hotel di Bali kebanyakan dikuasai orang luar. Bahkan banyak posisi penting dipegang orang asing,” ujar tokoh pariwisata yang juga General Manager (GM) Hotel Sovereign Bali, I Made Ramia Adnyana, SE,.MM.,CHA dalam “1st Annual Hotelier Summit Indonesia 2019” yang digelar Global Hospitality Expert (GHE) di Hotel Sovereign Bali, Sabtu (13/7/2019).

Menurut Ramia, Bali boleh dikatakan krisis kepemimpinan di industri pariwisata. Hal ini terlihat dengan adanya dominasi tenaga asing yang memegang posisi strategis. “Di hotel-hotel berbintang sekitar 45 persen dipegang GM asing. Yang dari luar Bali juga banyak,” tambah Ramia.

Sementara kalau melihat di sejumlah negara tetangga, untuk posisi puncak kebanyakan dipegang warga lokal. Seperti Singapura dan Thailand, untuk posisi GM di industri pariwisata hanya sekitar 15 persen saja diisi asing, yang 85 persen orang lokal. “Kita di Bali yang memiliki kontribusi pariwisatanya 65 persen dari nasional, jabatan GM itu hanya sekitar 35 persen dipegang lokal,” ujar Ramia.

Padahal kalau soal kemampuan, warga lokal tal kalah dengan yang dari luar. Umumnya posisi penting itu juga terkait dengan kepemilikan serta sistem manajemen yang diterapkan seperti hotel chains.

I Made Ramia Adnyana

Ke depan leadership ini menjadi hal penting dalam kegiatan pariwisata. Untuk itu di hari kedua “1st Annual Hotelier Summit Indonesia 2019” ini, masalah leaderahip mendapat perhatian serius dan menjadi salah satu topik yang dibahas. “Kalau leadership ini bisa ditingkatkan, maka banyak tenaga kerja lokal dalam level tertentu bisa mengisi peluang yang ada,” tambah praktisi pariwisata asal Karangasem ini.

Selain itu, peran pemeringah dalam pemberdayaan tenaga kerja lokal profesional sangat diperlukan. “Pemerintah juga bisa mendukung dengan kebijakan yang ada sehingga ke depannya tenaga lokal tak tersisih atau tejepit,” tandasnya. (aya)

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

%d blogger menyukai ini: