Denpasar (Spotbalinews) –
Pendidikan Kesehatan reproduksi (Kespro) belum diberikan sepenuhnya dalam kurikulum pendidikan, padahal pendidikan ini sangat penting diberikan sejak dini, terutama di masa akil balik remaja. Direktur Eksekutif Daerah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Daerah Bali, I Komang Sutrisna, SH., mengatakan berawal dari berbagai persoalan reproduksi di kalangan remaja yang begitu kompleks saat ini, PKBI Daerah Bali bekerjasama dengan pemerintah kota Denpasar pada 2018 mengimplementasikan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual pada remaja di sekolah percontohan serta dilakukan penelitian terkait dengan hal tersebut.
Lima sekolah SMP di Kota Denpasar, dijadikan sebagai sekolah percontohan. “Penelitian fokus untuk melihat keefektifan dan dampak pendidikan seksualitas yang komprehensif (CSE) pada siswa SMP. Penelitian dampak pendidikan kesehatan reproduksi yang komprehensif yang disebut dengan SETARA (semangat dunia remaja) telah dilaksanakan pada 2019 oleh karenanya perlu dilakukan penyampaian perkembangan dan hasil riset serta diskusi terkait dengan pemanfaatan hasil penelitian tersebut,” ucap Sutrisna saat membuka Webinar Diseminasi penelitian pendidikan Kespro di Kota Denpasar, dengan pihak jurnalis dan media Senin (27/7).
Webinar yang melibatkan pembicara dari Rutgers WPF Indonesia yaitu Wina dan Kristi serta dari Kisara PKBI Bali, Eka Purni ada juga penyampaian para Kepala Sekolah Percontohan terkait manfaat dan kendala yang dihadapi dalam memberikan pembelajaran Kespro. “Pendidikan Kespro dirancang untuk menciptakan ruang yang aman dan nyaman bagi remaja,” ungkapnya.
Para pembicara mengungkapkan hasil Riset Implementasi SETARA dalam program Get Up Speak Out (GUSO) oleh Tim Explore4Action – Rutgers WPF Indonesia. Program Explore4Action merupakan sebuah program penelitian dan advokasi, yang mengkaji pengalaman sosialisasi gender dan perkembangan (baik fisik maupun mental/psikologis) remaja 12-24 tahun di Indonesia, serta bagaimana hal ini dipengaruhi program SETARA.
Explore4Action dilaksanakan oleh Rutgers, Universitas Gadjah Mada, PKBI (Bali, Jawa Tengah, Lampung), Johns Hopkins University (AS), dan Karolinska Institute (Swedia). Dalam Riset Implementasi, program ini juga melibatkan peneliti dari Universitas Indonesia, University of New South Wales (Australia), dan University of Bath (Inggris).
Materi SETARA di Denpasar yang dianggap paling penting adalah materi tentang hubungan, komunikasi dengan orang tua, pacaran, dan emosi. SETARA memberikan pengaruh melalui informasi faktual tentang pubertas kepada remaja (yang jarang mereka peroleh dari sumber lain) dan merupakan fenomena biologis yang normal (yang jarang didengar remaja sebelum mereka mengalami menstruasi/mimpi basah). Terhapusnya tabu melalui diskusi terbuka tentang pubertas (membebaskan remaja dari paham bahwa membicarakan pubertas itu ‘kotor’ atau ‘jijik’).
Guru SETARA berlaku sebagai teladan dan memberi contoh pembicaraan pubertas yang ‘serius’, ‘tidak malu-malu’, serta ‘edukasional’. Dengan demikian kelas SETARA memberikan ruang aman bagi diskusi dimana remaja dapat ‘berlatih’ keluar dari zona nyaman tradisional mereka.
SETARA memberikan pengetahuan tentang definisi perbedaan dari ‘suka pada seseorang’ dan ‘pacaran’, sehingga remaja kebanyakan berpikir tidak apa-apa kalau sudah mulai ‘naksir’. Mendefinisikan apa itu ‘pacaran sehat’ yang boleh dijalani remaja serta batasan-batasan yang tidak boleh dilampaui.
Dengan SETARA dapat meningkatkan kualitas pengajaran dan komunikasi guru terhadap siswa, mempererat hubungan antara guru dan siswa. Meningkatkan pengetahuan siswa mengenai kesehatan seksual dan reproduksi, serta sikap yang lebih baik. Menurunkan perilaku berisiko dan kasus pada siswa seperti kehamilan di usia remaja. Serta meningkatkan kepercayaan diri dan empati pada siswa. Selain SETARA, perubahan positif di dalam diri siswa juga didukung oleh lingkungan pertemanan, keluarga, dan sekolah.
Pendidikan Kespro ikut berkontribusi dalam menciptakan ruang yang aman dan nyaman bagi remaja untuk belajar, berekspresi, dan bebas dari kekerasan.
Dari riset tersebut dihasilkan rekomendasi bagi kota Denpasar, yaitu dibutuhkan kerja sama antarpihak (sekolah, pemerintah, dan media) supaya pendidikan kespro tetap dilaksanakan di Kota Denpasar dengan baik dan bermuatan nilai-nilai positif. Peran media juga diharapkan dapat mempromosikan pendidikan dan hak kespro anak muda lewat berita, liputan, dan diskusi publik dengan menggunakan pendekatan jurnalisme empati. (Rls)