Masyarakat Desa Adat Gianyar Resah Saat Bendesa Menyuruh Orang Membunyikan Kulkul

Masyarakat Desa Adat Gianyar diresahkan dengan suara kulkul atau kentongan di sekitar Pura Puseh Gianyar pada pukul 19.00 WITA, Minggu (25/5/2020).

Gianyar (Spotbalinews) –

Masyarakat Desa Adat Gianyar diresahkan dengan suara kulkul atau kentongan di sekitar Pura Puseh Gianyar pada pukul 19.00 WITA, Minggu (25/5/2020). Saat mendengar suara kulkul yang tak wajar tersebut karena tidak ada Piodalan di Pura, masyarakat langsung menuju ke arah suara kulkul. 

Berdasarkan kondisi sekarang ini ditengah Covid-19, Satgas Gotong-Royong Pencegahan Covid-19 Berbasis Desa Adat di wilayah ini juga tidak membenarkan adanya kegiatan-kegiatan Piodalan atau keagamaan. “Sehingga masyarakat pun mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi karena adanya suara kulkul di saat masa pandemi,” terang salah seorang warga Gianyar, I Kadek Agus Sudarwata ketika dikonfirmasi. 

Setelah warga mengecek ke lokasi asal suara kentongan itu, akhirnya tertuju ke Pura Puseh. Setelah sampai di Jaba Pura Puseh, masyarakat Desa Adat Gianyar ramai-ramai menanyakan apa maksud memukul kentongan hingga mengeluarkan suara di Pura Puseh. Orang yang memukul kentongan atau kulkul ini oleh warga diminta turun dan ditanyakan siapa yang menyuruh memukul kentongan. “Yang bersangkutan menjawab disuruh oleh bendesa,” katanya. 

Diceritakan Agus, mendengar jawaban tersebut, masyarakat Desa Adat Gianyar meminta bendesa keluar dari Jeroan Pura Puseh untuk memberikan jawaban apa alasan yang bersangkutan memerintahkan seseorang untuk membunyikan kentongan. “Sementara memukul kentongan di Pura Puseh berdasarkan awig-awig, boleh dipukul atau dibunyikan ketika Nedunin Ida Bhatara,” ucapnya.

Itupun harus dilakukan oleh seorang Sulinggih dan dihadapan Krama yang Ngempon Piodalan itu. Dikatakan Agus, bendesa menjawab bahwa suara kentongan itu diperintahkan untuk dipukul agar mengeluarkan suara karena ia hendak sembahyang. Lalu, warga mempertanyakan kembali apa diperbolehkan menurut awig-awig ketika sembahyang membunyikan suara kentongan karena tidak ada Piodalan. 

“Dia (bendesa) bilang itu perintah saya. Sementara itu sudah menyalahi peraturan dan awig-awig. Hingga membuat keresahan di masyarakat semakin menjadi-jadi dan semakin banyak yang keluar dari rumah. Dengan tidak habis pikir kenapa bendesa melakukan hal seperti itu. Sehingga menimbulkan kerumunan masyarakat dan menimbulkan atensi dari kepolisian Gianyar dan hingga menurunkan tim untuk menanyakan ke bendesa,” beber Agus.

Sampai malam hari, masyarakat masih berkumpul di sekitar Jaba Pura Puseh. “Intinya hal seperti ini sangat menyalahi aturan ditengah pandemi Covid-19. Dimana masyarakat diminta tetap berada di rumah menjauhi keramaian. Kondisi ini menimbulkan keresahan di masyarakat dan kegaduhan,” imbuhnya. (Yess)

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.