Musda DPD IHGMA Provinsi Bali, BI Harapkan Pariwisata Bali tetap ‘Survive’

Acara Musda DPD IHGMA Provinsi Bali, Jumat (02/10/2020), bertempat di Hotel Prama, Sanur.

Denpasar (Spotbalinews) –
Mencermati perkembangan ekonomi dan pariwisata global terkini, banyak negara di dunia yang pertumbuhan ekonomi dan pariwisatanya menurun tajam seiring meluasnya pandemi Covid-19.

Berbagai upaya penanggulangan penyebaran Covid-19 telah dilakukan mulai dari lock down, social distancing dan protokol kesehatan. Akibatnya terjadi pembatasan aktivitas produksi, konsumsi dan distribusi yang kemudian telah menyebabkan penurunan kinerja perekonomian dan pariwisata negara- negara di seluruh dunia.

“Memasuki triwulan I 2020 lalu, kunjungan wisman ke Bali sempat mengalami peningkatan, namun pertumbuhan kunjungan wisman menurun tajam di penghujung triwulan I 2020 hingga saat ini. Hal ini menjadi penyebab kontraksi pada komponen ekspor jasa,” ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho, selaku sponsorsif pada acara Musda DPD IHGMA Provinsi Bali, Jumat (02/10/2020), bertempat di Hotel Prama, Sanur.

Menurut Trisno, Bali merupakan daerah yang paling terdampak dari turunnya kunjungan wisman tersebut. Namun demikian, kata dia, penurunan inbound tourism di Indonesia masih lebih moderat dibanding negara-negara lainnya. Singapura, Thailand, Korea Selatan, Jepang dan Hongkong mencatat penurunan yang lebih dalam dengan ditetapkannya restriksi kunjungan wisman untuk mengendalikan penyebaran Covid-19.

Trisno Nugroho juga mengatakan Bali pada September 2020 kembali mengalami deflasi, setelah sebelumnya pada 2 (dua) bulan berturut-turut mengalami deflasi pada bulan Juli dan Agustus 2020.
Penurunan harga kembali terjadi pada kelompok makanan bergejolak (volatile food) dan harga barang yang diatur pemerintah (administered prices).
Adapun kelompok inflasi inti (core inflation) masih tercatat meningkat. Penurunan harga paling signifikan tercatat pada komoditas daging ayam ras, tarif angkutan udara, lemari pakaian, tomat, dan bawang merah.

Berdasarkan perhitungan dari data inflasi Kota Denpasar dan Singaraja yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik provinsi Bali, pada September 2020 Provinsi Bali mengalami deflasi sebesar 0,11% (mtm), lebih dalam dibandingkan dengan deflasi Nasional tercatat sebesar 0,05% (mtm).
Deflasi juga terjadi pada kota Denpasar sebesar 0,16% (mtm), sedangkan kota Singaraja mencatat inflasi sebesar 0,27% (mtm). Secara tahunan, inflasi Bali tercatat sebesar 0,95% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan Nasional yang sebesar 1,42% (yoy).

Trisno Nugroho

Kelompok volatile food mengalami deflasi sebesar 1,43% (mtm), masih terkontraksi namun lebih terbatas jika dibandingkan dengan Agustus 2020 (-2,01%, mtm). Penurunan terdalam berlanjut untuk komoditas daging ayam ras, tomat, dan bawang merah.
Turunnya harga daging ayam ras disebabkan oleh pasokan DOC dan ayam yang tinggi, di tengah permintaan yang masih lemah. Penurunan harga tomat dan bawang merah seiring dengan adanya panen raya yang jatuh pada bulan September dan diprakirakan masih berlanjut hingga Oktober mendatang.
Kelompok barang administered price mencatat deflasi sebesar -0,30% (mtm).

Bank Indonesia terus mendorong digitalisasi pemasaran produk pertanian melalui platform digital di antaranya melalui market place lokal guna menahan laju penurunan harga produk pertanian.
Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia, pada Oktober 2020 inflasi akan tetap terkendali. Ke depan, Bank Indonesia akan tetap berkolaborasi bersama TPID Kabupaten/Kota dan Provinsi agar laju inflasi dan kestabilan harga di masyarakat tetap terus terjaga.

“Menyikapi perkembangan Covid-19 di seluruh dunia, kita perlu juga merumuskan berbagai strategi untuk terus bersaing dengan destinasi wisata lainnya di berbagai negara,” katanya. Tren pariwisata diperkirakan akan mengalami perubahan. Pandemi Covid-19 menimbulkan disrupsi pada dunia pariwisata dan preferensi/perilaku wisatawan. Di era pascapandemi, wisatawan akan mengedepankan aspek safety, hygene and cleanliness atau yang sering kita sebut sebagai kondisi ‘New Normal’.

Menyikapi itu, kata Trisno, Pemerintah Indonesia, pelaku usaha dan stakeholder terkait harus mampu beradaptasi/menciptakan inovasi sebagai respon terhadap perubahan dalam rangka meningkatkan daya saing dan bersiap menghadapi kondisi ‘New Normal’, dengan menerapkan protokol kesehatan pada setiap lini, termasuk membangun Non-Cash Payment Environment.

Dikatakan, berbagai tantangan yang dihadapi oleh pariwisata Bali perlu dijawab bersama. “Sebagaimana kita ketahui, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah membuat strategi Pemulihan Pariwisata Indonesia melalui program CHS (Cleanliness, Health, & Safety) Pariwisata Indonesia. Untuk Program CHS Pariwisata Indonesia, Kemenparekraf juga telah menentukan 3 daerah prioritas termasuk Bali,” ujarnya.

Trisno mengingatkan, menghadapi berbagai tantangan di tengah pandemi Covid-19, semua pihak harus bekerja sama dan saling bahu membahu. Bank Indonesia berkomitmen untuk terus bersinergi dengan pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah daerah, otoritas, instansi, asosiasi, pelaku usaha, dan seluruh lapisan masyarakat dalam meningkatkan kinerja ekonomi Indonesia khususnya pertumbuhan ekonomi Bali yang akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Bali.

“Melalui koordinasi dan sinergi yang baik dari seluruh pihak, kami yakin kita semua pasti bisa survive serta bisa memasuki norma-norma baru pascapandemi Covid-19. Dan melalui kegiatan ini juga diharapkan dapat melahirkan berbagai ide dan terobosan dalam menjawab tantangan sektor pariwisata Bali di tengah pandemi Covid-19,” tandas Trisno. (Aya)

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.