Singaraja (Spotbalinews) –
Salah satu UMKM binaan Kantor Perwakilan wilayah Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Bali ini, selain aktif mengikuti berbagai kegiatan pameran untuk promosi produk di dalam negeri, juga mampu menembus pasar ekspor, terutama pasar Amerika dan Eropa.
“Setelah dibina Bank Indonesia (BI) dan banyak mengikuti event maupun pameran, pasar kami mulai terbuka, terutama pasar ekspor,” ujar owner Pagi Motley, Made Andika Putra, pada acara kunjungan BI bersama media di wilayah Tejakula, Sembiran, Kabupaten Buleleng, Jumat, 8 Oktober 2021.
Katanya, pewarna alami pada kain menjadi karakteristik dari produk-produk fesyen Pagi Motley. UMKM yang berlokasi di Buleleng itu sejak berdiri tahun 2019 konsisten dengan mengolah warna yang terintegrasi dengan bahan baku alam sehingga dilirik konsumen mancanegara. “Kami memiliki pasar di 10 negara, terutama di Amerika maupun Eropa. Namun saat ini, Negara-negara di Asia seperti Jepang dan Korea juga menjadi pasar yang menjanjikan,” kata Andika
Pihaknya menjelaskan, pangsa pasar produk fesyen dan bahan baku mulai beralih pada produksi yang berkelanjutan. Kembali ke alam menjadi pilihan para desainer maupun pecinta fesyen di negara-negara maju.
“Pagi Motley memang memfokuskan pada pewarnaan alami. Seperti memproduksi warna kuning dari daun mangga, warna hijau dari daun ketapang, warna merah dari kayu secang dan warna cokelat dari serabut kelapa,”ungkapnya.
Andika menuturkan hampir semua bahan alami dari daun bisa dijadikan pewarna. Tetapi dia fokus pada daun yang memang digunakan untuk pakan ternak atau pembungkus pangan yang tersisa.
Usaha yang baru dimulai belum genap setahun itu, ia awali dengan menjaga kepercayaan customer. Data customer ia pegang dengan baik. Ada sekitar 20 customer loyalnya yang sudah bekerja sama dengannya. Paling tidak satu customer memesan 100 meter kain dengan pewarnaan alami di tempatnya.
Selain itu ada beberapa orderan dari Korea yang memiliki toko baju yoga disana, mengingat dampak Covid-19 di Korea tidak terlalu signifikan terhadap ekonomi. Customer ini juga menjarit di salah satu garmen di Denpasar, hingga membuat garmen tersebut kewalahan.
Menurutnya, saat pandemi ini harus pintar berinovasi, agar tetap eksis. Apapun jenis usahanya, jika mampu memanfaatkan peluang akan tetap eksis dan bertahan. Salah satunya dengan branding dan penjualan melalui online. Andika memanfaatkan sosial media seperti instagram dan facebook untuk melakukan branding dan menceritakan tentang kegiatan Pagi Motley.
Kini hampir 50 persen penjualannya melalui sosial media. Setiap tamu yang datang ke studionya, melakukan foto maupun swafoto diunggah di sosial media dan menandai instagramnya. Followernya pun kemungkinan akan bertambah dari tamu yang mengunjunginya.
Rata-rata omzet per bulan yang dihasilkan mencapai Rp 150 juta hingga Rp 200 juta. Andika mengungkapkan, kebutuhan jasa pewarnaan alami di masa pandemi justru mengalami kenaikan yang signifikan.
“Saat ini, orderan terbanyak berasal dari Korea dan Amerika. 80% penjualannya masih jasa celup, tapi saya juga bikin produk seperti kain tenun,” tandas Andika.
Sementara itu, menurut Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Rizki Ernadi Wimanda, BI di tengah pandemi Covid-19 ini tetap melakukan pendampingan, memfasilitasi UMKM baik pertanian, tenun, kerajinan untuk terus bangkit dari dampak pandemi dengan harapan dapat membangkitkan ekonomi Bali sehingga dapat tercipta Bali yang bahagia dan sejahtera.
Misalnya UMKM garmen ini tetap mampu eksis di tengah pandemi COVID-19.
Katanya, kuncinya adalah pintar memanfaatkan peluang dan melakukan inovasi, itulah yang dilakukan Pagi Motley.
“Kami Harapkan UMKM Bali terus berinovasi dan berkreativitas di tengah pandemi Covid-19,” katanya.
Pasalnya, berbagai produk dari usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Bali masih diterima luas pasar domestik maupun ekspor. “Pelaku UMKM tetap harus berinovasi, kreatif dan dalam pemasaran menggunakan digital, market place maupun media sosial,” tandasnya. (aya)