Peringati HUT Koperasi Ke-74, BPR Kanti Gelontorkan Modal Kerja untuk Koperasi Sebesar Rp 74 Milyar dan Gelar Diklat MBG

Gianyar (Spotbalinews) –
Demi memperingati HUT Koperasi ke-74, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Kanti menggelar Pendidikan dan pelatihan Micro Business Game (MBG) Sparkassentiftung Jerman bagi SDM Koperasi se-Bali, serta menggelontorkan bantuan modal kerja bagi koperasi sebesar Rp 74 milyar. Secara bertahap, oelatihan Micro Business Game (MBG) ini diikuti 112 orang peserta dari pengurus koperasi yang tersebar di Bali. Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Provinsi Bali, I Wayan Mardiana, didampingi Direktur BPR Kanti I Made Arya Amitaba, bertempat di SMA Negeri 1 Sukawati, Gianyar Kamis (23/09/2021).

Lanjutnya, pelatihan MBG ditujukan untuk meningkatkan kualitas SDM koperasi dengan sasaran pengurus, pengawas, manager, karyawan dan anggota koperasi.

“MBG yang merupakan suatu metode edukasi interaktif untuk memberikan pengalaman tentang cara mengembangkan usaha skala mikro atau kecil secara efektif dengan memperhatikan kaidah manajemen usaha yang baik,” ujarnya.

Tujuannya secara umum, SDM koperasi ini mendapatkan keterampilan bisnis dasar dan pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan bisnis. Lalu memahami pengertian berpikir dan bertindak wirausaha.

Pihaknya juga mengapresiasi dengan kepedulian BPR Kanti dengan menggelontorkan bantuan modal kerja untuk Koperasi se-Bali dengan besaran Rp 74 milyar. Mengingat, sebagai penggerak perekonomian kerakyatan di tengah pandemi Covid-19, koperasi dan para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Bali merasakan dampak akibat melemahnya pertumbuhan ekonomi Bali akibat Covid-19 melanda dunia, Indonesia, bahkan Bali.

Akibat dari dampak tersebut Koperasi dan UMKM dihadapkan dengan persoalan serius, yakni koperasi di Bali menghadapi tiga persoalan serius.Persoalan pertama berkaitan dengan likuiditas, saat nasabah koperasi menarik simpanan atau tabungan di koperasi dalam jumlah besar maka koperasi akan kesulitan likuiditas.

Persoalan kedua, anggota koperasi kesulitan mengangsur pinjaman sehingga menganggu pendapatan koperasi.
“Masalah ketiga adalah, kesulitan membayar pinjaman kepada pihak perbankan,” ujarnya.

Mardiana menyebut, kondisi eksisting koperasi dan UMKM di Provinsi Bali hingga saat ini, Bali memiliki 5.016 koperasi yang tersebar di sembilan kabupaten/kota.
Meski banyak kendala yang dihadapi di tengah pandemi Covid-19, penggerak koperasi dan pelaku UMKM diharapkan membangun optimisme dengan melakukan adaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan baru dalam membangun pasar.

Hal senada diungkapkan Arya Amitaba. Pelatihan MBG ini untuk memahami cara berpikir dan bertindak wirausaha dan menerapkannya selama simulasi, memahami cara mengembangkan usaha kecil dan menengah lebih lanjut dan menemukan tantangan beserta peluang di masa depan.

Menurut Arya Amitaba, pelatihan MBG ini untuk memahami cara berpikir dan bertindak wirausaha dan menerapkannya selama simulasi, memahami cara mengembangkan usaha kecil dan menengah lebih lanjut dan menemukan tantangan beserta peluang di masa depan. “Setelah mengikuti pelatihan, nantinya peserta bisa meningkatkan kapasitas banker hingga bisa lebih memahami karakter UMKM,” katanya.

Dia menambahkan di tengah pandemi ini lembaga keuangan mikro (BPR, koperasi dan LPD) mengalami tantangan sangat berat karena menjadi sektor yang juga terkena imbas.

Pihaknya mengajak dengan kondisi yang sudah kecil dan dengan jumlah lembaga mikro di Bali yang cukup banyak ini agar jangan bersaing. “Ayo bersama bersinergi. Karena ketika sudah bersinergi dan menjadi kelompok yang besar. Bergabungnya BPR, koperasi, dan LPD tentu itu akan menumbuhkan kepercayaan yang lebih besar kepada masyarakat maupun anggota,” ujarnya.

Terkait itu telah menyiapkan produk bersama. Artinya, itu akan mempengaruhi mindset dari anggota bahwa ketika koperasi ini bergabung akan menjadi kuat khususnya dalam hal pemenuhan likuiditas, sehingga nasabah tidak perlu risau menaruh dana di koperasi terlebih lagi ditengah potensi munculnya panic buying dari sejumlah anggota atau nasabah.

“Likuiditas yang terjaga ini akan sangat penting di tengah potensi terjadinya panic buying dari nasabah. Saat ini sudah banyak koperasi yang sudah bergabung ke BPR Kanti,” jelasnya.

Diklat ini memiliki tujuan untuk penguatan lembaga keuangan daerah: BPR, koperasi dan LPD di Provinsi Bali dalam hal Financial Assistance (Penyediaan Modal Kerja), Liquidity Mismatch (Mengalami Kesulitan Likuiditas), Capacity Building (Peningkatan Kompetensi SDM LKM), Teknologi Informasi dan lain sebagainya. Semua tujuan itu disiapkan dan diantisipasi sedini mungkin dalam rangka menyongsong Bali Era Baru menuju Bali Bangkit.

“Dari seminar ini output-nya ada semacam kolaborasi, sinergisme penguatan lembaga keuangan daerah baik secara kelembagaan, penguatan SDM, dan lainnya,” terang Amitaba. Oleh karena itu penting bagi lembaga keuangan daerah seperti BPR, koperasi dan LPD di Bali sebagai garda terdepan dalam mendukung pemulihan ekonomi Bali untuk menyusun langkah-langkah konkrit menyongsong pemulihan ekonomi Bali pasca pandemi Covid-19. (aya)

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.