
Mangupura (SpotBaliNews) –
Program pembangunan semesta berencana yang tertuang dalam konsep Nangun Sat Kerthi Loka Bali benar-benar dirancang dengan pertimbangan dan perencanaan yang matang oleh Pemerintah Provinsi Bali. Hal ini dapat kita perhatikan dari tatanan pengelolaan pemerintahan sejak awal setelah Gubernur dan Wakil Gubernur Bali terpilih dilantik pada 2018 lalu. Konsep yang mengedepankan penguatan nilai budaya dan kearifan lokal Bali ini telah melahirkan pondasi yang kuat untuk keberlanjutan program pembangunan daerah di segala bidang, tidak terkecuali pada industri pariwisata yang menjadi leading sector bagi pembangunan daerah Bali dan juga Indonesia.
Untuk meningkatkan sinergi yang lebih kuat dan solid antara pemerintah,industri dan masyarakat, Pemerintah Provinsi Bali menyelenggarakan kegiatan gathering bersama stakeholders kepariwisataan di Bali yang terdiri dari pengusaha, tokoh masyarakat, asosiasi, praktisi, akademisi, penggiat sosial dan mahasiswa bidang pariwisata. Kegiatan bertajuk “Gathering Walk the Talk with Governor of Bali” dengan sub tema “Synergi and Harmony Under Nangun Sat Kerthi Loka Bali” diselenggarakan pada Kamis, 11 April 2019 di Harris Hotel and Residence Sunset Road, Kuta Bali dan dihadiri lebih dari 1.500 peserta dari seluruh Bali.
Menurut Ketua panitia penyelenggara gathering, I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya, SE.,MBA, kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat soliditas para pelaku pariwisata dalam upaya meningkatkan motivasi dan usaha bersama untuk mencapai tujuan dalam koridor pembangunan kepariwisataan di Bali. Beliau menyampaikan bahwa Bali sebagai icon pariwisata Indonesia dan salah satu destinasi terbaik di dunia harus senantiasa mencari terobosan-terobosan yang inovatif sehingga selalu dapat mempertahankan predikat destinasi terbaik dunia tersebut. “Kita ini berada pada industri yang memiliki dinamika yang sangat tinggi dan agresif, dengan karakter kreatifitas yang tanpa batas maka pariwisata Bali ini akan sangat mudah dikalahkan oleh destinasi lainnya,” ujarnya.
Lanjutnya, Revolusi industri 4.0 ini memberi ruang yang sangat terbuka bagi kalangan industri untuk bersaing secara terbuka dengan tantangan artificial intelligence dan robotic system ini. “Kita di Bali tidak boleh lengah dan salah dalam berstrategi karena konsep pariwisata di Bali ini sangat unik karena berkah Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang menganugerahkan alam , budaya dan seni yang memiliki taksu tidak bisa dibandingkan secara holistic dengan destinasi lainnya,” ungkap pria yang akrab dipanggi Agung Rai Surya (ARS) ini yang juga Ketua PHRI BPC Badung dan Ketua BPPD Badung.
Katanya, agenda utama kegiatan adalah pemaparan dari Gubernur Bali, Bp DR. Ir. I Wayan Koster, M.M sesuai tema kegiatan yakni memaparkan konsep Nangun Sat Kerthi Loka Bali yang mengandung makna menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali beserta isinya untuk mewujudkan kehidupan masyarakat Bali yang sejahtera dan bahagia secara sekala-niskala melalui pelestarian alam, budaya, tradisi, seni serta semangat menyamabraya di antara krama Bali.
Sementara itu, Gubernur Bali DR. Ir I Wayan Koster, M.M,mengungkapkan, sejak awal pihaknya telah menunjukkan komitmen untuk membangun Bali secara utuh dengan landasan yang sangat kuat untuk menjaga kearifan lokal Bali. ”Pembangunan kepariwisataan di Bali menjadi concern utama kami di Provinsi Bali yang kami sadari bahwa masyarakat kita sebagian besar menaruh harapan penghasilan mereka dari sektor ini,” katanya.
Bahkan sektor di luar pariwisata seperti perbankan, kesehatan, kerajinan, pendidikan, perdagangan dan lainnya turut bergerak secara linier seiring tingkat kemajuan pariwisata di Bali. Pemerintah memprogramkan Nangun Sat Kerthi Loka Bali untuk menyelamatkan Bali sebagai pulau yang eksotis dan tempat tinggal kita bersama tidak rusak karena kemajuan pariwisata itu sendiri. “Kita paparkan konsep ini kepada seluruh pelaku pariwisata adalah sekaligus untuk menyadarkan kita semua bahwa upaya pelestarian kearifan lokal Bali baik alam – budaya – seni – tradisi adalah bukan wacana semata. Tetapi langkah konkrit pemerintah yang dituangkan dalam Peraturan Daerah sehingga sifatnya mengikat dan pelaku industri beserta masyarakat umum berkewajiban melaksanakannya dalam kegiatan usahanya,” jelasnya.
Katanya, pengusaha tidak boleh hanya mengeruk keuntungan dari tanah Bali, tetapi harus ikut menjaga Bali secara nyata dan konsisten dengan kesadaran untuk diwariskan pada anak cucu generasi penerus kita selanjutnya. Hal tersebut ditegaskan kembali oleh Gubernur Bali dengan telah ditetapkannya Pergub tentang penggunaan busana adat Bali, perlindungan dan penggunaan bahasa, aksara dan sastra Bali, pembatasan timbulan sampah plastik sekali pakai serta pemasaran dan pemanfaatan produk pertanian, perikanan dan industri lokal Bali.
Gathering juga menghadirkan sesi dialog interaktif dengan 3 nara sumber yaitu Gubernur Bali DR. Ir. I Wayan Koster, M.M , Wakil Gubernur Bali DR. Ir. Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, M.Si serta Ketua Pantia Penyelenggara I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya, SE.,MBA. Hal – hal yang mengemuka dari dialog dengan pelaku pariwisata tersebut di antaranya tentang kebijakan pemerintah terkait pengendalian maraknya usaha akomodasi baru kedepannya, kemungkinan dampak sosial negative akibat kemajuan industri, perhatian terhadap keberadaan desa adat di tengah kemajuan peradaban masyarakat, hingga isu-isu hangat seperti market Tiongkok yang belum pulih, kebijakan perijinan usaha, kualitas SDM kepariwisataan serta pemerataan pembangunan kepariwisataan ke seluruh kabupaten / kota yang ada di Bali.
Wakil Gubernur Bali DR. Ir Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, M.Si mengemukakan kembali konsep pembangunan One Island One Management yang sempat disampaikan sejak tahun lalu. Beliau menyampaikan bahwa pemerintah komitmen untuk membangun daerah secara menyeluruh dan terintegrasi sehingga hasilnya akan lebih dirasakan oleh masyarakat Bali. “Ke depannya kita tidak boleh lagi membangun Bali ini secara parsial, karena kabupaten / kota yang ada di Bali ini memiliki daya dukung yang merupakan keunggulan masing-masing daerah itu sendiri. Inilah yang ingin kita garap sehingga dampaknya bersifat multi flier effect yaitu memecah kepadatan penduduk dan kemacetan di suatu
wilayah ke daerah lainnya sehingga perputaran ekonomi menjadi merata dan dirasakan manfaatnya hingga ke pelosok desa,” tandasnya. (red)