Tabanan (Spotbalinews) –
Perusahaan Daerah Provinsi Bali menunjuk Beras Gubug dari BUMDes Desa Gubug, Kabupaten Tabanan sebagai pilot project untuk optimalisasi Rice Milling Unit (RMU) di Provinsi Bali sehubungan dengan program Gubernur Bali “Bali Mandiri Beras” sebagai implementasi Peraturan Gubernur Nomor 99 Tahun 2018.
Pertemuan dalam menunjuk Beras Gubug Tabanan sebagai pilot project Optimalisasi RMU dihadiri OJK Regional 8, Komisaris Utama Bank BPD Bali, Direktur Bagian Kredit Bank BPD Bali, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Bali, Kepala Biro Perekonomian dan Administrasi Pembangunan Setda Provinsi Bali di desa setempat, Kamis (3/9/2020).
Ida Bagus Kesawa Narayana, Ketua Dewan Pengawas Perusda Bali menjelaskan, pertemuan ini adalah suatu pilot project untuk melaksanakan Pergub Nomor 99 Tahun 2018 yakni memasarkan produk dari petani lokal Bali untuk keperluan di Bali sendiri. “Kita ingin menyasar dalam waktu 5 tahun ini beras. Karena beras ada problem dari 65% gabah kering panen lari ke Jawa dan kembali lagi dipasarkan disini. Di Bali sendiri ada 54 rice milling unit (RMU) yang tidak optimal bekerja karena tidak memiliki modal untuk pembelian gabah kering panen,” jelasnya.
Menurut dia, jika pilot project ini berhasil akan diperluas menjadi kawasan koperasi tani yang terdiri dari sekitar 5 ribu hektare sawah dan akan diorganisir oleh suatu koperasi. “Peran dari Perusda Bali adalah menjamin pasar dari produk setelah panen. Setelah menjadi beras kita menjamin pemasarannya. Kemudian para petani ini akan diarahkan mendapat kredit dari bank misalnya dari Bank BPD Bali,” kata Bagus Kesawa.
Di Desa Gubug ada tiga subak yaitu Subak Batu Sangian, Subak Gubug Satu dan Dua dan memiliki penggilingan gabah. “Ini menjadi pilot project di Bali untuk pertama kalinya. Sehingga Bali bisa swasembada beras di mulai di Gubug Kecamatan Tabanan,” katanya.
Ir, I Nengah Mawan, Kepala Desa Gubug mengatakan, program dari Perusda ini sangat diapresiasi oleh BUMDes setempat dan para petani. Mengingat program dari Perusda Bali sejalan dengan apa yang diprogramkan di Desa Gubug. “Kami di sini banyak kendala yang dihadapi salah satunya pemasaran gabah dan beras. Selama ini terjadi permainan harga dari tengkulak. Kalau kita lihat harga beras tetap, tetapi harga gabah merosot. Ini yang kami jawab dengan program ini,” ungkapnya.
Pihaknya menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Perusda Bali yang telah menyikapi kondisi tersebut. Ia berharap tindak lanjut ke depan antara BUMDes bersama Perusda Bali bisa bekerjasama dengan harapan meningkatkan kesejahteraan Petani. “Keuntungan juga didapatkan oleh petani. Luas desa kami 512 hektare namun luas lahan pertanian 291 hektare. Panen mencapai rata-rata 7 ton per hektare. Nantinya Perusda Bali yang akan memasarkan hasil panen petani di Gubug yang berupa beras dengan kualitas bagus dan harga yang terjangkau serta bersaing di pasar,” paparnya. (Yes)