BI Bali Imbau TPID Kabupaten Jembrana Mewaspadai ‘Volatile Food’ yang Diprediksi Harganya masih Tinggi


Jembrana, Spotbalinews.com
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali GA Diah Utari, usai memaparkan kondisi perekonomian dan inflasi Provinsi Bali, sekaligus perkembangan ekonomi dan harga pangan strategis di acara High Level Meeting (HLM) Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Jembrana, mengingatkan pentingnya TPID Kabupaten Jembrana mewaspadai ‘Volatile food’ yang diprediksi harganya masih tinggi kedepannya.

“Peningkatan inflasi di bulan Juni terutama bersumber dari kenaikan harga kelompok volatile food disusul core inflation. Sementara itu kelompok administered price mengalami deflasi,” ujar Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali GA Diah Utari, pada acara HLM TPID Kabupaten Jembrana, Rabu (20/07/2022) dengan pemimpin rapat Bupati Jembrana, I Nengah Tamba, bertempat di kantor Bupati Jembrana.

Lanjut Utari, Bali mengalami inflasi sebesar 0,92 persen pada bulan Juni. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat, inflasi sebesar 0,92 persen lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 0,71 persen juga lebih tinggi dari inflasi tingkat nasional sebesar 0,61 persen.

Diantaranya komoditas pendorong inflasi, adalah kenaikan harga cabai rawit, bawang merah, tomat,  telur ayam, daging ayam ras dan  yang lainnya.  Sementara secara tahunan, Bali mengalami inflasi sebesar 5, 75 persen (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 4,39(yoy) dan inflasi nasional sebesar 4,35 persen (yoy).

“Kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 3,88 persen (mtm), lebih tinggi dibandingkan bulan Mei yang sebesar 0, 71 persen (mtm),” jelasnya.

Kenaikan harga kelompok volatile food didorong naiknya harga cabai rawit, cabai merah, bawang merah, tomat, telur ayam ras dan daging ayam ras. Naiknya harga komoditas cabai rawit, cabai merah, bawang merah, dan tomat disebabkan penurunan pasokan dari produksi daerah sentra yang disebabkan cuaca kurang kondusif.

Sedangkan, kenaikan harga telur ayam ras dan daging ayam ras disebabkan  kenaikan kebutuhan bahan pangan selama perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan. Di Sisi lain, laju inflasi volatile food tertahan  menurunnya harga minyak goreng yang dipengaruhi  kebijakan pemerintah, produksi CPO dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan domestik dengan melakukan pelarangan ekspor CPO pada Mei 2022.

Kelompok barang inflasi inti (core) tercatat sebesar 0,45 perseb  (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 0,80 persen  (mtm). Komoditas utama penyumbang inflasi core adalah canang sari, mie, upah asisten rumah tangga, bakso siap santap, dan kopi bubuk.

Peningkatan harga canang sari dipengaruhi  kenaikan permintaan untuk perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan. Sementara itu, kenaikan harga mi diakibatkan adanya kenaikan harga gandum sebagai bahan baku pembuatan mie, sedangkan kenaikan harga bakso diakibatkan meningkatnya harga daging ayam ras.

Di sisi lain, barang administered price mencatat deflasi sebesar -0,09 persen (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,39 persen  (mtm). Deflasi terjadi terutama disebabkan penurunan tarif angkutan antar kota, angkutan udara, dan tarif kendaraan roda dua online. Fenomena ini didorong oleh kembali normalnya permintaan pada Juni 2022 setelah terjadi kenaikan pada bulan sebelumnya sehubungan dengan Iiburan Hari Raya Idul Fitri 2022

Selanjutnya pada Juli 2022, tekanan inflasi diprakirakan bersumber dari kelompok administered price dan volatile food. Beberapa faktor yang dapat menimbulkan tekanan harga antara Iain: kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) per 1 Juli 2022.

Kedua risiko penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) yang berpotensi mengganggu pasokan daging ternak di tengah kenaikan permintaan sapi untuk Qurban. Ketiga : , kenaikan permintaan seiring dengan musim liburan sekolah bagi wisatawan domestik dan liburan musim panas bagi wisatawan mancanegara, serta keempat risiko turunnya produksi hortikultura saat curah hujan tinggi di Provinsi Bali akibat dampak angin monsun dari Australia.

“Tim Pengendalian Inflasi Daerah pada tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota senantiasa melakukan koordinasi dan komunikasi dalam forum High Level Meeting untuk melakukan pemantauan harga dan stok barang, melaksanakan kegiatan operasi pasar, serta peningkatan Kerja sama Antar Daerah (KAD),” imbuhnya.

Sementara itu, Bupati Jembrana, I Nengah Tamba mengingatkan seluruh unsur TPID Kabupaten Jembrana dapat mengambil langkah-langkah antisipatif untuk menghadapi permasalahan tersebut. Diharapkan dengan langkah antisipasi yang tepat, dapat menjaga stabilitas harga dan ketersediaan bahan pokok di Kabupaten Jembrana.

Selain itu, untuk meningkatkan perekonomian dan PAD, Pemkab Jembrana mulai membangun Gedung Sentra Tenun yang berlokasi di Jalan Sudirman yang merupakan bekas terminal cargo Jembrana.

Gedung yang dibangun dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Kementerian Perindustrian senilai belasan milyar rupiah ini diharapkan mampu menampung seluruh kerajinan tenun yang ada di Kabupaten Jembrana. “Tidak hanya untuk pusat tenun, juga diisi dengan produk produk UMKM Jembrana, sehingga menjadi pusat kerajinan dan oleh-oleh,” jelasnya. Termasuk sebagai tempat pembinaan UMKM Jembrana melalui kegiatan pemberdayaan, pusat layanan, diskusi, hingga workshop bagi pengembangan UMKM Jembrana.

“Ini pembangunan yang sangat penting untuk Kabupaten Jembrana, karena disini sebagai sentra tenun yang nantinya bisa menampung seluruh kerajinan tenun yang ada di Kabupaten Jembrana,” katanya. Selain itu juga di gedung ini bisa menampung seluruh hasil UMKM, sehingga nantinya gedung ini juga disebut pusat oleh-oleh Kabupaten Jembrana yang diproyeksikan beroperasi pada Desember 2022 mendatang.

Lanjut, Bupati Tamba latar belakang dibangunnya Sentra Tenun ini melihat masih banyak produk tenun yang belum maksimal pemasarannya. Disisi lainnya, Jembrana sangat terkenal akan kualitas tenun yang dihasilkan para perajinnya. (TimSBN)

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.