Denpasar (Spotbalinews) –
Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali Ny Putri Suastini Koster terus berupaya menyemangati perajin Bali. Selain menyiapkan tempat pameran secara gratis di areal Art Center secara bergilir bagi perajin yang berasal dari sembilan Kabupaten/Kota se-Bali, Ny Putri Koster juga memberi motivasi penggunaan pakaian berbahan tenun tradisional (endek) bagi pegawai ASN/ Non-ASN dilingkungan Pemerintah Provinsi Bali.
“Mari bersama kita jaga kelestarian warisan budaya daerah kita, salah satunya produksi kain tenun tradisional berupa endek Bali, dengan cara memulai dari diri kita sendiri dan lingkungan. Dengan menggunakan kain tenun buatan daerah sendiri secara tidak langsung kita menghidupkan kembali lingkaran perekonomian bagi perajin. Memberikan lapangan pekerjaan bagi mereka yang menekuni pembuatan kain tenun tradisional Bali berupa endek. Jangan sampai warisan adiluhung yang sedari dulu dipertahankan para leluhur, lenyap di masa kini karena kita yang enggan atau tidak mau menggunakannya,” ujar Ny Putri Suastini Koster dalam sambutannya saat membuka kegiatan fashion show Biro Umum dan Protokol serangkaian memeriahkan pagelaran Pameran IKM Bali Bangkit Tahap V Tahun 2021, di Gedung Ksirarnawa-Art Center-Denpasar, Sabtu (11/12).
“Jangan tergiur dengan harga murah namun kualitas kain yang didapat kurang paten bahkan merupakan produksi luar Bali. Karena sebagian besar kain yang di pasaran adalah produksi luar Bali, yang dibuat dalam jumlah banyak dan dijual dengan harga murah (puluhan hingga ratusan ribu rupiah). Namun hal ini secara langsung membunuh perajin tenun tradisional Bali yang dengan susah payah menciptakan motif, namun tidak laku hanya gara-gara motif yang diciptakan tersebut sempat dijiplak dan dijual murah oleh oknum lain,” imbuhnya.
Dengan mengadakan fashion Show melibatkan pegawai dan staf ASN maupun Non-ASN, maka setidaknya mampu membantu dan memberi peluang penjualan kain tenun tradisional Bali yang sedang dipamerkan di Art Center.
Selain membuka peluang bisnis bagi perajin, fashion show seperti ini juga memamerkan jenis kain, model baju dan tatanan berpakaian yang rapi, elegan dan tetap santun. “Seksi itu tidak mesti terbuka, namun terlihat apik, elegan, rapih dan santun juga bisa dikatakan seksi. Karena seksi itu adalah ‘good looking’ di mata orang lain sekalipun pakaiannya tetap tertutup,” kata Ny Putri Suastini Koster.
Pada tahun yang akan datang, Ketua Dekranasda Provinsi Bali akan menyelenggarakan fashion show bagi 40 instansi OPD secara bergilir. Saat kegiatan berlangsung, akan dipersilahkan bagi tiga OPD menyiapkan pegawai dan stafnya untuk tampil. Di mana masing-masing OPD menyiapkan 25 pasangan untuk tampil menggunakan pakaian kasual, pakaian ke kantor dan pakaian adat ke kantor, dengan menggunakan kain yang terbuat dari tenun tradisional Bali, dan didesain oleh desainer yang paham akan tata krama berpakaian rapi dan elegan untuk ke kantor.
Dengan terselenggaranya fashion show yang melibatkan pegawai dan staf ASN serta Non-ASN ini, dimaksudkan agar setiap individu akan mampu membedakan jenis pakian adat ke pura (menggunakan kain sifon dan brokat dengan karakter kain yang melilit atau tidak langsung jadi), dengan pakaian adat ke kantor (menggunakan kain berbahan endek dan dimodifikasi semenarik mungkin menggunakan kain yang sudah dijahit langsung serta dipadukan selendang yang terbahan kain tenun juga).
Di masa yang akan datang, fashion show penggunaan kain tenun tradisional Bali saat ke kantor baik itu pakaian kasual, pakaian endek resmi ke kantor dan pakaian adat ke kantor akan dinilai langsung dan ditentukan 10 besar terbaik. Dengan begitu kesadaran untuk berpakaian rapi ke kantor akan menjadi tradisi, budaya dan kebiasaan yang baik bagi pegawai, staf bahkan pimpinannya, sehingga mampu menjadi tauladan bagi masyarakat yang sedang membutuhkan layanan publik.(rls)