Merasa Dirugikan, PAWIBA Adukan 8 Poin ke DPRD Propinsi Bali

Ketua Pawiba, I Nyoman Sudiarta, SE, didampingi pengusaha bus senior, Yus Suhartana dan Thomas, pada acara jumpa pers terkait rencana Pawiba mengadu ke DPRD Propinsi Bali, Senin (07/06/2021).

Denpasar (Spotbalinews) –
Saat ini sebagian besar keberadaan unit kendaraan angkutan pariwisata yang tergabung dalam Asosiasi Persatuan Pengusaha Angkutan Pariwisata Bali (PAWIBA) sudah hilang akibat Pandemi Covid-19. Sebagian besar sudah banyak ditarik Leasing dan telah dijual atau di lelang di luar Bali. Baik itu kendaraan Sewa Mobil (Jenis Avanza Hingga Innova atau sejenisnya), Kendaraan Sewa Premium (Jenis Alpard Sejenisnya), kendaraan Sewa ELF, Hiace, Kendaraan Bus Pariwisata Medium 20, 30, 35 Seat dan bahkan kendaraan Bus Pariwisata 40-45 Seat. Hal itu diungkapkan Ketua Pawiba, I Nyoman Sudiarta, SE, didampingi pengusaha bus senior, Yus Suhartana dan Thomas, pada acara jumpa pers terkait rencana Pawiba mengadu ke DPRD Propinsi Bali, Senin (07/06/2021). “Ini adalah Kenyataannya bahwa kami sebagai pelaku usaha menilai bahwa kepada siapa lagi bali akan bangkit kalau kami tidak berupaya allout untuk pemulihan perekonomian pariwisata di Bali,” ujarnya.

Rencananya Pawiba mengadu ke DPRD Propinsi Bali pada Selasa (08/06/2021)
dengan meminta : 1. Menghentikan Kegiatan aksi Tarik Menarik Aset fiducia secara brutal oleh pihak pihak jasa Keuangan dan Debt Collector dan semua Pengusaha Angkutan Pariwisata Bali diberikan Kelonggaran Membayar kewajiban kepada Perusahaan jasa Keuangan.

  1. Mengevaluasi kegiatan data pressure (menggelembungkan data dan nila pinjaman sepihak yang memberatkan dan mengarah pada penyelesaian sepihak yang mengarah pada point 1 ) yang dilakukan oleh Pihak jasa keuangan kepada Semua Pelaku usaha Pariwisata.
  2. Dispensasi / Pemutihan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) untuk kendaraan Pariwisata seluruh Anggota PAWIBAbkurang lebih 50 Perusahaan di Bali
  3. Dipastikan paritwisata Bali dibuka kembali bulan juni atau juli 2021 namun tetap displin menjalankan Protokol Kesehatan Covid 19
  4. Meminta kepada Pemerintah Provinsi Bali dan Kementrian Panwisata Republik indonesia peyaman lunak (SOFTLOAN) untuk seluruh Anggota Persatuan Pengusaha Angkutan Panwisata Bali agar danat segera memutar Kembali perekonomian Pariwisata dan Pemulihan Ekonomi Bali
  5. Menertibkan yang mengangkut wisatawan ke perjalanan Wisata angkutan wisata dari Luar Bali yang mengangkut wisatawan domestic yang tidak disiplin menjalankan ketentuan protokol kesehatan agar ditindak sesuai dengan ketentuan hukum ( karena ditemukan banyak angkutan wisata bus dari luar pulau melakukan perjalanan Wisata di Bali tanpa masker, tanpa jaga jarak, berdesakan tidak sesuai peraturan, atau bahkan tanpa test kesehatan sebagai syarat masuk wisata ke Bali yang dapat di duga menjadi klaster baru covid-19 dan memperburuk citra pariwisata bali.)
  6. Memberikan Aturan Tambahan agar Pelaku Perjalanan Wisata domestic dari luar pulau Bali yang menggunakan bus besar agar pada saat di bali hendaknya melibatkan angkutan bus pariwisata bali untuk menjadi mitra kerja menggunakan angkutan bus medium dan terbit displin menjalan protocol Kesehatan selama di Bali
  7. Bersama sama berprilaku disiplin sesuai protokol kesehatan untuk dapat membuka kembali pariwisata Bali yang lebih maju.

Katanya, perkembangan dunia usaha Angkutan pariwisata di Bali saat ini sangat menurun dan perlu perhatian serius semua pihak yaitu masyarakat, pemangku kepentingan dan pemerintah (pemerintah pusat dan Pemerintah daerah Provinsi Bali) akibat pandemic covid 19 yang masih berlangsung saat ini sehingga sangat berpengaruh pada semua sendi sendi kehidupan perekonomian di Bali. Di samping perekonomian keluarga serta rumah tangga masyarakat bali yang makin mundur sehingga banyak permasalahan muncul, baik dalam segi harmonisasi hidup serta kepastian pendapatan untuk mempertahankan kemandirian perekonomian lingkup yang sangat sederhana yaitu rumah tangga dan dunia usaha yang semakin melemah. “Khususnya perekonomian usaha sector Angkutan pariwisata bali yang merupakan kendaraan utama kami untuk mendapatkan penghasilan untuk tetap dapat mempertahan kelangsungan hidup,” jelasnya. Banyaknya pengusaha pariwisata dan pelaku usaha pariwisata di bali saat ini tidak dapat lagi mempertahankan kemandirian ekonominya sehingga harus mengalami banyak kesulitan dan hal lainnya, segala macam usaha telah kami upayakan hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan dasar kami sebagai pelaku usaha dan berusaha mempertahankan kelangsungan hidup usaha dengan cara seadanya.

Nyoman Sudiarta, SE

“Tentunya dunia usaha pariwisata di Bali sangat tidak siap menghadapi pandemic covid ini karena memang ini adalah bencana Kesehatan dunia (force Majeur) yang berimbas langsung pada dunia usaha pariwisata dan dengan cara apapun juga kami telah berusaha dan tetap mempertahankan usaha kami ini yang merupakan salah satu pilar kekuatan perekonomian pariwisata di Bali,” tandasnya. (Aya)

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.