Gianyar (Spotbalinews) –
Desa Adat Benawah, Kecamatan Gianyar menggalakan program Bank Sampah berbasis Desa Adat. Program ini disebut dpat menjadi contoh desa adat di Gianyar dan bali pada khususnya sehingga dijalankan dengan antusias oleh masyarakat.
Bendesa Benawah, Anak Agung Gede Arnawa mengatakan, program ini didukung penuh oleh warganya. Kata dia, yang membuat masyarakat merespons baik adalah manfaat ganda. Pertama lingkungan bersih, kedua ada uang yang dihasilkan.
“Poin utama masyarat ingin bersih. Saya edukasi juga dipilah yang organik dan nonorganik. Kami yakinkan dengan mendatangkan PKK kami beri pemahaman. Soal sampah gini kan basisnya adalah perempuan,” ujar Anak Agung Gede Arnawa, Minggu (9/5).
Sebelum melaksanakan program ini, ia mengaku menggelar rapat terlebih dahulu untuk memperkenalkan gagasannya. Setelah masyarakat tertarik kemudian dijelaskan terkait teknisnya.
“Kami lewat rapat dulu, sosialisasi mana yang samah yang dipilah. Keleng, botol, plastik, besi, tembaga, sepatu bekas dan lain sebagainya. Saya beri edukasi pada masyarakat, yang tentu ada income untuk masyarakat,” jelasnya.
Kata dia, meski uang yang didapat masih terbilang kecil, namun kesadaran masyarakat sudah terbentuk. Ia optimistis program ini berhasil ke depannya.
“Karena masyarakat kan tertarik dengan kebersihan lingkungan. Saya larang buang plastik ke got. Saya buat program. Jadi kalupun ada plastik dibuang bisa dipungut sama warga. Karena mereka sadar, kalau dipungut bisa menghasilkan uang,” jelasnya.
Ia katakan, sampah sebenarnya menjadi berkah kalau bisa disikapi. Namun memang harus pelan-pelan untuk sosialisasi ke masyarakat. Ini terkait dengan mengubah mindset.
“Kesadaran masyarakat peduli lingkungan, apa yang bisa kita wariskan ke generasi, pertama adalah lingkungan yang bersih dan lestrari. Arahan gubernur Bali pengolahan sampah berbasis desa adat dan juga program ini mendukung program Bapak Bupati gianyar, I Made Mahayastra.SST.par.Msc.yang mewujudkan Gianyar bersih dan Aman. Kemudian mengubah mindset setelah mengahsilkan akan menjadi brand. Sampah akan jadi uang, ngapain dibuang?,” serunya.
Kata dia, uang yang dihasilkan warga bergantung dari jenis sampah dan ada 47 Aitem jenis sampah termasuk sterofom bisa di jadikan penghasilan. Misalnya sampah kaleng dihargai Rp 7.000 per kilogram. Agung Gede Arnawa menjelaskan sedikit teknisnya.
“Masuk dulu dana pihak ketiga beli ke kita. Kemudian setalah kita timbang, kelihatan list berapa dapat uang. Uang pembayaran ditransfer ke rekenaing desa adat, kemudian ke rekening LPD, baru diteruskan ke buku tabungan warga. Harga jual kita ke pihak ketiga kan lain otomatis jadi income untuk pihak desa adat meski tidak besar,” jelasnya.
Ia mengatakan, enam bulan sekali, pihaknya mencairkan uang tabungan dari sampah tersebut. Dengan ini, ia katakan, warga cukup terbatu dan meringankan beban. “Jadi untuk biaya beli sarana upacara dann daging sudah ada. Minggu sebelum Galungan kami sudah cairkan.
Pihaknya mengaku siap berkolaborasi jika ada desa aat lainnya di Bali yang ingin bekerjasama terkait bank sampah ini. “Kalau ada desa lain yang mau kolaborasi, pasti kami siap. Kami lihat ada perkembangan setelah edukasi dan warga sangat antusias,” pungkasnya.( Yes)