Mangupura, Spotbalinews.com-
Kawasan Pariwisata The Nusa Dua yang dikelola oleh PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero)/Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), kembali menjadi tuan rumah penyelenggaraan Bali and Beyond Travel Fair (BBTF), salah satu ajang pameran perjalanan dan wisata internasional paling terkemuka di Indonesia. BBTF yang tahun ini memasuki tahun penyelenggaraan ke-8 digelar Selasa–Jumat, 14–17 Juni 2022 di Bali International Convention Center (BICC), The Westin Resort Nusa Dua Bali, secara temu muka dan virtual.
BBTF 2022 diikuti oleh 183 sellers dari 13 provinsi diantaranya DKI Jakarta, Kalimantan Timur, NTT, NTB, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Sulawesi Utara, Jawa Timur, Bangka Belitung dan Bali, serta 273 buyers dari 30 negara diantaranya berasal dari Australia, India, Perancis, Filipina, United Kingdom, Emirates, Jerman, Nigeria, United State, China dan Asia yang hadir secara offline maupun online. Hal itu diungkapkan I Putu Winastra selaku Ketua Komite BBTF 2022 sekaligus Ketua ASITA, Bali Chapter saat acara Talk Show BBTF 2022 di BICC, Rabu (15/06/2022).
“BBTF mendapat respon positif dari berbagai pelaku industri pariwisata baik domestik maupun luar negeri untuk memanfaatkan event tahunan ini sebagai sarana promosi yang ampuh,” katanya.
Lanjutnya, dalam BBTF ke-8 tahun ini juga membidik pasar baru serta mengangkat isu quality tourism. “Tema BBTF, Balancing in Harmony”, sebagai upaya merespon arahan pemerintah untuk fokus tidak hanya pada pencapaian jumlah wisatawan, tetapi pada peningkatan jumlah wisatawan. ‘kualitas pengeluaran’ wisatawan dan lingkungan yang berkelanjutan untuk desa wisata yang sesuai dengan CHSE,” jelasnya.
Lebih lanjut dikatakannya BBTF tahun ini kedatangan delegasi baru khususnya travel agent dari Afrika, bersama dengan negara-negara dengan kontribusi besar dari Eropa, Timur Tengah, negara-negara ASEAN, India, Australia, dan Asia secara keseluruhan.
“Nigeria untuk pertama kalinya mengikuti BBTF tahun ini dan juga tercatat sebagai buyer dengan jumlah delegasi terbanyak setelah Indonesia, kemudian Australia, India, Filipina, Prancis, Belanda, disusul Inggris dan Uni Emirat Arab,” imbuhnya.
Hadir sejumlah nara sumber yaitu Wagub Bali, Prof. Tjok Oka Sukawati, Ketua BPPD Denpasar, Ida Bagus Gede Sidharta Putra atau Gusde, The Ayurverdic Doctor Como Shambhala, DR. Prasanthi dan CEO of Negerian Travel Two (NTT) Elizabeth Agboola dengan moderator Yoke Darmawan.
Wagub Bali, Prof. Tjok Oka Sukawati, mengatakan, BBTF sebagai ajang pertemuan bisnis ke bisnis dalam industri pariwisata nasional dan internasional ikut mengambil peran penting dalam penyampaian informasi dan menjalin kerja sama dengan operator perjalanan luar negeri (buyers) yang akan mengirimkan wisatawan ke Indonesia.
Tahun ini BBTF memperkenalkan exhibitors (sellers) dengan konsep pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism) dan pengembangan wisata wellness serta kesehatan – health tourism. Selain itu, menampilkan produk destinasi baru merupakan langkah strategis yang ditujukan untuk mendorong pergerakan wisatawan nusantara dan global untuk mengenal destinasi baru, fasilitas dan layanan berkualitas.
“Bali akan terus melakukan diversifikasi pertumbuhan ekonomi lewat pariwisata yang bukan hanya tergantung kepada jumlah kedatangan, tapi juga quality tourism, oleh sebab itu perlunya akselerasi produk baru seperti wellness tourism, health tourism, cruise tourism, serta MICE untuk lebih dikenal oleh para buyers.
BBTF tahun ini menampilkan 13 destinasi provinsi Indonesia, yaitu DKI Jakarta, Aceh, Bangka Belitung, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sumatra Utara, dan Bali pastinya, termasuk juga 5 destinasi prioritas, yaitu Danau Toba, Mandalika, Borobudur, Likupang, dan Labuan Bajo. Presentasi destinasi ini sekaligus memberi ruang untuk unjuk seni, budaya serta keunikan daerah masing-masing.
Tema “Balancing in Harmony” menjadi upaya komunikasi dan jembatan membangkitkan ekonomi pariwisata post-pandemi dan mata rantai promosi destinasi maupun produk wisata berkelanjutan. (TimSBN)