Jakarta, Spotbalinews.com–
Museum Bank Indonesia adalah salah satu objek wisata yang ada di kawasan Kota Tua, Taman Sari, Jakarta Barat. Museum ini ditetapkan menjadi cagar budaya oleh pemerintah karena berisi tentang sejarah dunia perbankan di Indonesia. Untuk itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali mengajak puluhan awak media, mulai media cetak, media elektronik hingga media online berkunjung ke museum ini.
Di samping itu, Museum Bank Indonesia sering dijadikan wisata edukatif oleh pelajar maupun masyarakat. Harga tiketnya cukup murah, yaitu Rp 5.000/orang.
Menurut Edukator Museum Bank Indonesia, Febi dan Krisno Winarno, pada acara Capacity Building Media Bali Bank Indonesia Provinsi Bali pada Selasa 25 Juli 2023 di Jakarta, Museum Bank Indoensia dulunya adalah gedung Bank Indonesia Kota. Gedung ini merupakan peninggalan dari De Javasche Bank.
Pada tahun 1828, berdirilah gedung De Javasche Bank di tempat itu. Arsitekturnya bergaya neo-klasik yang dipadu dengan pengaruh lokal karya Ed. Cuypers.Setelah Indonesia merdeka, berdirilah Bank Indonesia Kota pada tahun 1953. Sebelum dijadikan museum, gedung ini ditetapkan menjadi cagar budaya sesuai SK Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.475 tahun 1993 karena mempunyai nilai sejarah yang tinggi.
Tanggal 15 Desember 2006, Museum Bank Indonesia dibuka untuk umum oleh Gubernur Bank Indonesia saat itu, Burhanuddin Abdullah. Kemudian diresmikan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 21 Juli 2009. Museum Bank Indonesia memiliki berbagai macam koleksi mata uang. Mulai dari uang kerajaan di Nusantara hingga Tanah Air ini merdeka.
Pada abad ke-12, pulau Jawa sudah memiliki alat pembayaran yang terbuat dari logam. Mata uang tersebut diberi nama Krisnala (uang Ma).
Uang Ma merupakan peninggalan dari kerajaan Jenggala yang masuk ke dalam kategori uang tertua. Uang ini dibuat menggunakan emas dan perak.
Sementara di luar pulau Jawa ada uang kampua yang beredar pada abad ke-9. Uang ini merupakan peninggalan kerjaan Buton.
Sedangkan kerajaan-kerajaan besar lainnya seperti Majapahit sudah memiliki mata uangnya sendiri. Yaitu uang Gobog yang terbuat dari tembaga, uang ini diperkirakan beredar pada abad ke-14 sampai ke-16. Selain sebagai alat pembayaran, uang Gobog juga banyak digunakan sebagai benda keramat.
Pelestarian gedung BI Kota sejalan dengan kebijakan Pemerintah DKI Jakarta yang mencanangkan daerah Kota Tua sebagai salah satu daerah bersejarah di Jakarta.
Sebagai salah satu pelopor revitalisasi gedung-gedung bersejarah di Kota Tua, BI bermaksud menyajikan pengetahuan terkait peran BI dalam perjalanan sejarah bangsa, termasuk memaparkan latar belakang kebijakan BI yang diambil dari waktu ke waktu.
Penyajiannya dikemas sedemikian rupa dengan memanfaatkan teknologi modern dan multi media, seperti display elektronik, panel statik, televisi plasma, dan diorama sehingga menciptakan kenyamanan pengunjung dalam menikmati Museum Bank Indonesia.
Sementara, menurut Ketua rombongan Andy Setyo Biwado yang juga Deputi Direktur BI Provinsi Bali, kegiatan ini digelar dalam rangka melaksanakan program komunikasi BI Wide (One Voice), termasuk memfasilitasi atau mengkoordinasikan pelaksanaan komunikasi Bank Indonesia di daerah. “Kami secara rutin melakukan pertemuan dengan insan media di Bali, baik dalam bentuk program peningkatan kapasitas (capacity building) maupun diseminasi hasil rapat Dewan Gubernur (RDG) triwulanan,” ujarnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, lanjutnya, BI Bali sengaja menggelar capacity building tahunan media yang dirangkai dengan kunjungan ke DKI Jakarta yaitu Museum Bank Indonesia (MuBI) dan Pencetakan Uang Republik Indonesia (Peruri). (aya)