Tabanan, Spotbalinews.com-
Girisha Wahana & Resto menjadi salah satu tempat bermain dan makan di Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali, yang Instagramable karena menawarkan pemandangan hamparan sawah berundak, serta cocok sebagai tempat melepas penat sambil berkumpul bersama keluarga.
Terlebih Jatiluwih merupakan desa wisata, dengan panorama yang indah disertai udaranya yang sejuk karena berada pada ketinggian rata-rata 700 meter dari permukaan laut, sehingga banyak dikunjungi oleh wisatawan domestik hingga mancanegara yang telah mengakui keindahannya.
Menurut owner Girisha Wahana &Resto, Erlangga Mantik, didampingi istrinya, Ni Kadek Tri Nuryatiningsih, disela-sela acara Grand Opening Girisha Wahana &Resto, Rabu (17/08/2022) di Jatiluwih, Tabanan, luas wisata Girisha Wahana &Resto dan memiliki panorama pegunungan serta keindahan sawah berundak atau terasering yang masih terjaga kelestariannya ini sekitar 1,6 hektar. “Keindahan alam yang memukau tersebutlah pada akhirnya kami manfaatkan untuk membuka usaha ini tanpa merusak alam dengan menyediakan fasilitas wahana flying fox hingga horizon pridge (jembatan spot foto),” ujar pria pensiunan BUMN ini.
Lanjut pria yang memiliki 1 putra dan 2 putri ini, konsep restonya juga berkonsep tradisional autentik, dibuat untuk keluarga urban yang rindu kampung halaman dengan suguhan pemandangan sawah dengan menu lindung bumbu kesuna cekuh, nasi goreng seafood hingga menu bebek goreng yang lezat. Racikan teh kekinian juga disajikan dengan campuran beras merah dan madu. Harga menu di restoran ini mulai puluhan ribu hingga ratusan ribu rupiah, tergantung menu yang dipesan.
Restoran ini juga dilengkapi dengan sejumlah fasilitas, di antaranya outbound, wahana playground dengan berbagai jenis ayunan, jungkat-jungkit, lahan parkir yang luas, toilet, dan tempat Selfi yang menarik lainnya.
Kata Mantik, pencinta uji adrenalin biasanya suka dengan kegiatan-kegiatan yang menantang saat liburan. Salah satunya naik wahana-wahana ekstrem dan seru. Seperti flying fox dengan tarif mulai Rp 50.000 per orang, sedangkan harga tiket masuk ke Girisha Wahana&resto ini Rp 30.000 per orang.
Wisata Flying fox ini berpadu dengan keindahan alam di sekitarnya sehingga menimbulkan rasa decak kagum dan memberikan sensasi yang menyenangkan. Ketinggian serta mempengaruhi kepuasan wisatawan yang mencoba mengujinya dengan mencoba wahana flying fox.
Pihaknya mencoba membangun bisnis wahana bermain ini, karena disekitar Jatiluwih belum ada, serta secara tidak langsung turut berpartisipasi dalam pembangunan daerah. Terbukti, pihaknya memanfaatkan sumber daya manusia (SDM) masyarakat lokal mencapai 100 persen dengan menjadikannya karyawan resto, tukang kebun hingga security yang jumlahnya sebanyak 25 orang.
“Karena adanya wahana bermain ini, tentunya juga membuka lapangan kerja dan menambah alternatif hiburan serta wisata di Jatiluwih,” jelasnya.
Ni Kadek Tri Nuryatiningsih menambahkan,
wisatawan yang berkunjung juga bisa menikmati Sunset dengan alam persawahan dan pegunungan. “Girisha Wahana & Resto bisa menjadi pilihan menarik karena wisatawan bisa melihat matahari tenggelam yang indah persis dibelakang atau view Gunung Batukaru,” ujarnya.
Lanjutnya, terlebih tempatnya asik, tidak bising dan sekaligus bisa menghilangkan penat usai beraktivitas.
Waktu terbaik untuk berkunjung di sana adalah saat sore hari. Pengunjung bisa menikmati keindahan sunset dan langit sore dengan pemandangan sawah dan ladang yang hijau. Cocok untuk menghilangkan rasa penat atau merefresh pikiran dari padatnya aktivitas pekerjaan.Tak sampai di situ, saat langit cerah gunung Batukaru juga terlihat gagah di arah barat daya. Lampu-lampu yang mengelilingi area outdoor pun memperindah suasana sekitar. “My time akan sempurna dengan sajian makanan dan minuman,” jelasnya.
Visi dan misi keluarganya membangun bisnis ini adalah membangun bisnis dari kecil atau bertahap yang menyatu dengan alam serta melengkapi wisata alam dengan motto ‘Good Look, Good Food and Good Life’, dengan tetap mempertahankan tanaman atau pohon langka seperti pohon Boni, Sentul, hingga Ceroring. “Intisarinya, kami mengedepankan atmosfer Gunung Batukaru hingga keindahan subak yang juga dikenal sebagai sistem irigasi tradisional sawah di Bali,” imbuhnya.
Mengingat, Subak Desa Jatiluwih merupakan warisan budaya tak benda yang ditetapkan oleh UNESCO pada 2012. Subak adalah sesuatu yang diwariskan dari generasi ke generasi. Subak Jatiluwih terlihat indah karena ditangani oleh masyarakat setempat yang sudah ahli. (TimSBN)