Jembrana (Spotbalinews) –
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno bersama Kepala Kantor Bank Indonesia Propinsi Bali Trisno Nugroho terus mendukung upaya Pemerintah Kabupaten Jembrana dalam mendorong budidaya kakao tetap menjadi salah satu komoditas ekspor primadona Bali, sehingga tidak hanya mengharumkan nama Jembrana secara internasional, khususnya pasar Eropa dan Asia, namun juga memberikan manfaat ekonomi bagi para petani dan masyarakat disekitarnya.
Terbukti, pada Rabu (23/02/2022) Menparekraf bersama BI Bali dan Pemkab Jembrana meresmikan pengiriman biji kakao KTT Merta Abadi sebanyak 1 ton ke PT Alkabes Global Utama yang merupakan perusahan perpanjangan tangan ekspor biji coklat.
Menurut Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Propinsi Bali Trisno Nugroho, aroma biji kakao merupakan salah satu keunikan yang dimiliki komoditas kakao Jembrana, Bali dibandingkan dengan kawasan lainnya di Indonesia.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali pun terus mengidentifikasi potensi-potensi daya saing ekspor daerah sebagai upaya mendorong lahirnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru. Salah satu daerah yang diidentifikasi adalah Kabupaten Jembrana yang memiliki komoditas ekspor unggulan yaitu kakao.
Sejak tahun 2011, para petani di subak-subak abian yang tergabung dalam KSS melaksanakan program kakao lestari. Mereka berupaya membudidayakan kakao sebagai salah satu komoditas unggulan khususnya yang berada di Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana. Dengan pendampingan intensif oleh Yayasan Kalimajari, Koperasi KSS berhasil mengantongi sertifikasi UTZ sebagai penanda petani kakao di Jembrana telah menerapkan sustainable farming.
Kata Trisno, salah satu upaya yang dilakukan KPwBI Provinsi Bali dalam rangka pelaksanaan implementasi program strategis Bank Indonesia #02 yakni pengelolaan CAD, adalah melakukan pengembangan UMKM berorientasi ekspor di sektor pertanian dan kelautan.
Berkaitan dengan pengembangan komoditas kakao tersebut, KPwBI Bali melakukan pembinaan di sektor hulu dengan menggandeng KTT Merta Abadi sebagai kelompok yang dibina untuk melakukan budidaya kakao dengan menggunakan sistem penanaman, dan budidaya secara organik dengan menggunakan microbakter MA 11.
“Adapun sebagai bentuk komitmen kami terhadap pengembangan kakao Jembrana melalui Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) PKE UMKM, kami sampaikan bantuan kepada KTT Merta Abadi berupa infrastruktur sumur bor, sepeda motor roda tiga, cultivator, gerobak dorong, mesin penyemprotan dan handsprayer,” kata Kepala KPwBI Provinsi Bali Trisno Nugroho.
Kata Trisno, untuk menciptakan pembinaan yang utuh dari hulu (budidaya) hingga hilir, KPwBI Prov Bali melakukan pembinaan kepada Kelompok Wanita Tani (KWT) yang melakukan pengolahan biji kakao yang tidak lolos kualifikasi untuk diekspor ke luar negeri, sehingga memiliki nilai tambah untuk dijual kepada masyarakat sekaligus sebagai program pemberdayaan perempuan.
Sementara itu menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno, dirinya menggagas secara implementasi kabupaten Jembrana agar menggalakkan petani coklat, nantinya coklat sebagai produk unggulan Kabupaten Jembrana. “Dalam hal ini, upaya yang bisa diserap baik itu pariwisata dan ekonomi kreatif,” katanya.
Ketua Kelompok Tani Merta Abadi Kadek Suantara mengungkapkan,Gapoktan Merta Abadi, di Desa Ekasari, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana untuk penanaman Kakao. Kabupaten di ujung Barat Pulau Bali itu memiliki total luas lahan Kakao 6.300 hektar. “Dari total lahan itu, 4000 ha diantaranya merupakan lahan produktif. Hanya saja, hasilnya kurang lebih 2.800 ton per hektar per tahun,” katanya.
Pihaknya menjelaskan, Desa Ekasari di Kabupaten Jembrana bakal dijadikan kawasan Agrowisata Kakao. Sebagai road model penanaman Kakao di Jembrana, Gapoktan Merta Abadi ditopang 29 orang anggota. Ditambah, kelompok pendamping berjumlah anggota 35 orang. Sedangkan total lahan yang digarap seluas 70 hektar.
Namun, kata Suantara, luas lahan yang baru ditanami hanya 25 hektar dan lahan yang baru menghasilkan seluas 15 hektar.
“Jadi kalau ada teman-teman lain yang akan belajar bertanam dan berbudidaya yang baik, kita akan berikan edukasi,” kata Kadek Suantara.
Gapoktan Merta Abadi sendiri menjadi kelompok tani binaan Bank Indonesia sejak tahun 2017. Suantara menambahkan, BI memiliki peran penting dalam membantu petani Kakao mulai cara budidaya, pembuatan pupuk, maupun penyediaan peralatan. “Kita sangat bersyukur dengan BI yang membina kita sampai kelompok ini menjadi maju seperti sekarang,” ujarnya.
Sementara, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Jembrana Wayan Sutama menambahkan, Kakao menjadi produk pertanian unggulan di Jembrana. Sektor pertanian memiliki potensi besar untuk meningkatkan PAD. “PAD Jembrana hanya Rp 140 miliar, tapi punya potensi untuk tidak miskin dari peningkatan sektor pertanian,” kata Sutama.
Hasil pertanian Kakao sendiri sampai saat ini telah masuk pasar ekspor di sejumlah negara di Eropa seperti Palrona di Prancis, Jerman, Italia, Jepang dan Belanda.
“PAD kita sangat kecil di tengah peluang yang luar biasa. Untuk ekspor sampai sekarang hanya biji kering fermentasi. Harapan ke depan nanti bisa ekspor produk olahan apakah turnip, pasta, maupun batangan,” tandas Wayan Sutama. (Aya)