Maret 2021, Bali Alami Inflasi 0,52 Persen

Trisno Nugroho

Denpasar (Spotbalinews) –

Maret 2021 Provinsi Bali mengalami inflasi 0,52% (mtm). Inflasi terutama terjadi di dua kelompok barang, yaitu volatile food dan administered prices, dengan core inflation tercatat stabil. Secara spasial, kota Denpasar mengalami inflasi 0,47% (mtm), sedangkan Singaraja mengalami inflasi 0,81% (mtm). Secara tahunan (yoy), Bali mengalami inflasi 0,84% lebih rendah dibanding inflasi nasional 1,37%.

Hal tersebut diungkapkan Kepala KPw BI Bali Trisno Nugroho, Kamis (1/4/2021) di Denpasar. “Secara keseluruhan Bali mengalami inflasi 052 persen,” ujarnya.

Lanjutnya, kelompok volatile food, katanya, mengalami inflasi 2,78% (mtm) dibandingkan bulan sebelumnya. Peningkatan harga terlihat utamanya pada komoditas cabai rawit, daging ayam ras, tongkol diawetkan, dan bawang merah. “Peningkatan inflasi ini sejalan dengan naiknya permintaan berkaitan dengan datangnya Hari Raya Nyepi yang disertai oleh menurunnya pasokan tanaman hortikultura akibat curah hujan yang tinggi,” tegasnya.

Kelompok barang administered price, paparnya, mencatat inflasi 0,31% (mtm), terutama disebabkan oleh naiknya tarif angkutan udara dan komoditas rokok. Peningkatan tarif tiket pesawat udara sejalan dengan adanya long weekend di bulan Maret. Selanjutnya, peningkatan harga rokok disebabkan oleh naiknya cukai rokok dimulai pada bulan Februari 2021.

Sementara itu, harga di kelompok core inflation relatif stabil dengan inflasi 0,04% (mtm). Peningkatan harga terlihat untuk komoditas popok bayi, sandal kulit, krim wajah, dan baju kaus.

Bank Indonesia menilai, inflasi Bali sampai dengan bulan Maret masih dalam keadaan stabil dan terkendali. Namun, berberapa komoditas seperti cabai rawit dan cabai merah masih menunjukkan trend kenaikan, demikian juga harga daging babi yang masih tinggi. Sementara itu, Hari Raya Galungan dan bulan Ramadhan yang jatuh di bulan April diprakirakan akan meningkatkan permintaan untuk bahan makanan dan canang sari. Menghadapi potensi tantangan tersebut, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota terus melakukan kerja sama antar daerah, mengoptimalkan pemanfaatan mesin controlled atmosphere storage(CAS), dan mengimbau masyarakat untuk menanam cabai di pekarangan rumah, sekolah, dan lahan yang tidak terpakai. “Bank Indonesia terus mendorong pemanfaatan teknologi dalam pemasaran produk-produk pertanian (e-commerce) dan dalam produksi (digital farming),” tandas Trisno Nugroho. (Rls)

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.