OJK Bali : 50 Persen Lebih Kredit Perbankan Ditujukan Kepada Pelaku UMKM

Kepala OJK Bali Kristrianti Puji Rahayu, didampingi Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan Ananda R. Mooy, pada acara NGORTE (Ngobrol Bersama Update Berita With Media), Rabu (26/10/2024) di resto Sun Field, Lukluk, Mengwi, Badung

Mangupura, spotbalinews.com-

Optimisme pertumbuhan ekonomi Bali akan terus membaik ke depannya. Kondisi itu ditunjukkan dengan perkembangan pariwisata yang menjadi tulang punggung ekonomi Bali terus meningkat serta di sektor UMKM juga tumbuh cukup signifikan.

Menurut Kepala OJK Bali Kristrianti Puji Rahayu, didampingi Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan Ananda R. Mooy, pada acara NGORTE (Ngobrol Bersama Update Berita With Media), Rabu (26/10/2024) di resto Sun Field, Lukluk, Mengwi, Badung, saat ini, lebih dari 50 persen kredit perbankan ditujukan kepada pelaku UMKM. “Hal ini jelas karena UMKM sudah teruji, terutama saat covid melanda, UMKM justru tetap eksis,” ujarnya.

Lanjutnya, target kredit tahun 2024 sebesar Rp133 triliun dan sudah terealisasi hingga saat ini 96,73 persen dan kredit UMKM masih dimotori oleh Bank BRI dan BPD Bali, sehingga UMKM masih merupakan pendorong pertumbuhan kredit. “Penyaluran kredit terbanyak pada kredit bukan lapangan usaha (34 persen), perdagangan besar dan eceran (29,40) dan akmamin,” jelasnya.

Sementara, DPK (Dana Pihak Ketiga) juga terus bertumbuh, serta NPL (Non Performing Loan -kredit bermasalah) masih dalam batas aman. “Pertumbuhan kredit didominasi kredit investasi menjadi pendorong utama pertumbuhan DPK di Bali dengan pertumbuhan 15,84 persen (yoy),” ujarnya.

Katanya, kredit investasi saat ini juga mengalahkan kredit modal kerja. Menurut Kristrianti Puji Rahayu, kedua kredit ini sama-sama mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. “Kredit investasi biasanya jangka panjang dan ini menjadi salah satu indikasi bahwa investor memiliki future atau harapan terhadap investasi yang ditanamnya di Bali,” ungkapnya.

Dia menegaskan, kredit investasi dan modal kerja sama-sama saling mendukung. Dia mencontohkan, seorang pedagang bakso akan memerlukan kredit modal kerja dalam hal membeli bahan-bahan bakso seperti daging, tepung dan sebagainya. Selanjutnya, ketika usaha bakso yang dikelola berkembang dengan baik, ungkap Kristrianti, pedagang perlu pengembangan tempat berjualan. “Karena itu, selain kredit modal kerja, pedagang juga memerlukan kredit investasi untuk pengembangan usahanya,” tegasnya.

Puji Rahayu menambahkan pentingnya local wisdom seperti kegiatan “Pekenan Galungan dan Kuningan” yang perlu terus dipertahankan dan dilanjutkan karena memberi manfaat yang besar bagi masyarakat.

Sementara Ananda menegaskan keberadaan perbankan di Bali masih bagus. “Yang menjadi PR adalah BPR agar bisa tetap sehat dan memberi kontribusi bagi daerah. Ada 130 BPR saat ini. Secara umum BPR saat ini aman,” ungkapnya.

Menurutnya, OJK saat ini berupaya mengefektifkan pengawasan lembaga keuangan khususnya BPR. Dari sekitar 14.000 BPR di seluruh Indonesia, OJK berupaya mengefektifkannya dengan cara merger. “Saat ini sudah menjadi sekitar 11.000 bahkan diharapkan menjadi sekitar 10.000 saja,” katanya.

Saat ini, dengan ketentuan yang baru, koperasi bisa memilih menjadi koperasi close loop hanya melayani anggota dan open loop boleh melayani non-anggota (seperti layaknya perbankan). Dengan begitu, koperasi open loop nantinya akan berada dalam pengawasan OJK.

Saat ini saja di seluruh Indonesia sudah ada belasan ribu koperasi yang menentukan pilihan ke open loop. “Karena itulah, pengawasan yang nanti dilakukan OJK akan kembali sangat besar,” ujarnya.

Yang pasti, ketentuan mengenai koperasi open loop baru akan ditentukan pada Januari 2025. Saat ini, masih dalam proses verifikasi oleh Kementerian Koperasi. “Setelah itu, OJK juga melakukan verifikasi mana koperasi yang layak open loop dan yang tidak layak,” tandasnya. (Sbn)

Mungkin Anda Menyukai