Denpasar (Spotbalinews) –
Guna membangkitkan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) penenun dan pengrajin di Pulau Dewata, agar terus berkarya ditengah pandemi covid-19. Komunitas Perempuan Pelestari Budaya Indonesia (PPBI) membuat pagelaran kreatif, dengan cara memperkenalkan kerajinan UMKM melalui pertunjukan fashion teatrikal, di Barong Tanah Kilap-Sari Wisata Budaya, Denpasar, Provinsi Bali, Sabtu (5/6/2021) malam.
Ketua Komunitas PPBI Pusat, Diah Kusumawardani Wijayanthi, dalam keterangan persnya, Minggu (6/6/2021) mengatakan, melalui pertunjukan fashion teatrikal ini, menjadi inisiatif yang dapat memperluas dampak adopsi. Karena
melibatkan seniman, penari, komunitas teater, model dan fashion designer Bali, untuk bersama-sama tampil dan terus berkarya. Serta turut aktif merawat dan melestarikan budaya tradisional, yang terkandung di dalam filosofi wastra Nusantara.
“Adopsi ini, menjadi salah satu upaya PPBI dalam menjembatani UMKM penenun dan pengrajin untuk terus berkarya. Dimana, setiap tahunnya, tema adopsi kain yang dilakukan PPBI berbeda-beda,” kata Diah.
Diterangkan Diah, PPBI menggunakan kata adopsi, dengan maksud untuk tidak hanya membeli kain dari UMKM
pengrajin dan penenun. Namun juga, turut merawat dan melestarikan budaya tradisional yang terkandung di dalam filosofi wastra Nusantara.
Diah menjelaskan, PPBI merupakan sebuah komunitas sosial
yang bertujuan sebagai jembatan pelestarian budaya, melalui dukungan kepada UMKM pengrajin dan penenun kain tradisional di seluruh wilayah di Indonesia. Dimana, setiap tahunnya PPBI mempunya tiga agenda wajib untuk mengadopsi wastra Nusantara dari berbagai wilayah di Indonesia, yaitu pada Hari Kartini (21 April), Hari Ibu (22 Desember) dan hari ulang tahun PPBI yang jatuh di tanggal 18 November.
Untuk tahun pertama kelahiran PPBI (2018), kata Diah, tema adopsi mengangkat tenun Sumba. Tahun kedua (2019) mengangkat kain batik Jawa Tengah dan tepat di tahun ketiga (2020), PPBI memilih tema “Terpana Jembrana” dengan mengadopsi tenun songket dari Jembrana, Bali Barat.
“Ini menjadi tahun spesial bagi komunitas PPBI, karena untuk pertama kalinya
memperluas keanggotaannya di tiga wilayah berbeda, yaitu Bali, London dan Jerman. Tujuan perluasan keanggotaan ini tak lain adalah untuk meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya melestarikan budaya Indonesia dimanapun kita berada,” ucap Diah.
Hingga saat ini, jumlah anggota PPBI sebanyak 60 orang dengan pusat pergerakan di Jakarta, Indonesia. Melihat kondisi pandemi yang sangat berdampak pada ekonomi di Bali, PPBI Bali berinisiatif
untuk memberikan ruang lebih bagi UMKM Bali untuk berkarya.
Ditambahkan, Auditya Sari selaku Ketua PPBI Bali mengatakan, dalam semangat Hari Kebangkitan Nasional, ide pertunjukan ini semakin matang dengan kolaborasi berbagai pihak secara gotong royong.
“PPBI bersama dengan Bali Fashion Culture l dan ISI Denpasar, mulai memetakan pihak yang dapat bergerak bersama dalam satu visi, termasuk tim dari Barong Tanah Kilap sebagai pemerhati dan praktisi budaya di Bali,” ucap wanita yang disapa Tya ini.
Hingga terbentuklah sebuah pertunjukan kolaboraktif yang melibatkan total 53 pemain yang terdiri dari seniman, penari, komunitas teater, komunitas budaya dan anak muda, model dan fashion designer yang berasal dari 25 institusi di Bali.
“Pertunjukan ini juga didukung oleh pihak-pihak lain yang peduli dan turut serta dalam gotong royong pendanaan, baik individu maupun kelompok. Tidak selamanya tentang dana, pertunjukan ini adalah bukti nyata apabila kita bersatu dan memberikan sesuatu sesuai
dengan kapasitas yang kita miliki, maka uang bukanlah sebuah alasan untuk membatasi sebuah karya,” ucapnya.
Lebih lanjut dikatakan Diah, kegiatan ini didukung FIX Indonesia berupa harga promo satu set alat produksi termasuk lighting, sound dan hybrid system. Garuda Indonesia menjadi partner dalam efisiensi biaya kedatangan PPBI Jakarta ke Bali. Brew Me menyediakan sponsorship berupa goodie bag untuk semua partisipan yang hadir.
“Ada juga Kawan-kawan make up artist seperti Cynthia Devi, Tara Firdaus, Ebrows Studio dan Kana Salon pun bersama-sama ngayah menjadi tim belakang layar bagi para performer di acara ini,” ucap Diah.
Untuk tim dokumentasi ada dari IGA Cinema, Herry Santosa dan Clpopo turut memberikan kontribusi. CTI Group dan BPR Lestari hadir dengan memberikan dana cash dan fasilitas ruang meeting selama persiapan pertunjukan ini berlangsung. “Bahkan komunitas olahraga seperti Buyung Climbing Club pun
turut serta menjadi runner untuk mendukung kelancaran acara,” ucapnya.
Selain itu, anggota PPBI di Jerman, London dan Indonesia juga secara sukarela turut berdonasi. Bahkan melakukan lelang barang-barang pribadi baik berupa pakaian melalui gerakan passion with purposes dari Bali, hingga lelang jam tangan (atas nama Ambar Hafner, ketua PPBI Jerman) yang 100 persen hasilnya disumbangkan untuk event ini.
“Terpenting dan yang tak boleh terlupa adalah antusiasme para performer dari Duta Endek Kota Denpasar, Teater Kalangan, Teater Angin, Teater Limas, Teater Kini Berseri, Taksu Dwi Satya Swara yang tidak pernah lelah berlatih untuk penampilan terbaik pada hari ini. Mereka adalah jiwa-jiwa muda yang haus berkarya, rela ngayah, dan membuktikan bahwa keterbatasan tidak membatasi mereka untuk menembus batas,” tutur Diah.
Bahkan di tengah pandemi
seperti ini, mereka tetap optimis untuk menampilkan yang terbaik. Tidak mudah mengumpulkan multi stakeholder dalam satu waktu yang singkat. Namun, pertunjukan ini menjadi simbolis, bahwa hanya dengan bergandengan tanganlah kita bisa bangkit.
“Sebuah analogi optimisme alam dan budaya Indonesia. Seberapapun terdampak, kita tidak boleh berhenti bergerak. PPBI Bali menginisiasi pertunjukan ini untuk menjadi panggung tempat berkumpul bagi UMKM pengrajin dan penenun serta para seniman Bali, untuk berkarya dan menunjukkan semangat baru dalam mengisi semangat Hari Kebangkitan Nasional,” terangnya.
Melalui hasil kolaborasi ini, PPBI berhasil mengumpulkan dana adopsi senilai total
Rp24 juta (atau senilai 1,500 euro). Adopsi ini didukung oleh PPBI Jerman, PPBI London, PPBI Jakarta dan PPBI Bali. Nominal tersebut adalah nilai total dari adopsi di beberapa UMKM pengrajin dan penenun di Bali, diantaranya adopsi set alpaka dan bros di Gita Silver, adopsi kain endek di Tenun Putri Ayu, dan songket dari Bali Moglong (Putri Mas).
“Produk UMKM pengrajin dan penenun tersebut dipentaskan dalam pertunjukan fashion teatrikal oleh talent-talent penari, teater, dan model. Pertunjukan ini juga menampilkan koleksi karya dari ISI Denpasar, serta desainer wastra
Indonesia Ellylle Haryati yang akan berkolaborasi dengan Roepa Jewelry untuk produk perhiasan perak sarat filosofi budaya Indonesia,” jelasnya.
Selain itu, desainer muda endek Juna
Collection turut menampilkan koleksinya yang ditujukan untuk perempuan dan laki-laki bertema endek modern. Pertunjukan fashion show ini diakhiri dengan penampilan karya dari desainer kawakan Bali Tjokorda Gde Abinanda Sukawati (Cok Abi) duet dengan Dr. Tjok Istri
Ratna Cora dari ISI Denpasar (tbc).
Pertunjukan ini, lanjut Diah, menjadi ajang gotong royong semua insan di Bali, untuk menyampaikan bahwa semangat berkarya dan berbudaya yang tidak boleh tenggelam meskipun diterpa krisis pandemi. Sebagai komunitas, PPBI hanya berperan connecting the dots,
menghubungkan para pihak sehingga terbentuk harmoni kerjasama dalam sebuah karya
“Penampilan ini sepenuhnya milik Bali, dari Bali dan untuk Bali. Karena untuk bangkit, tidak pernah bisa bekerja sendiri. Semoga maksud dan tujuan ini dapat diterima dengan baik oleh pihak-pihak yang lain dan menjadi inspirasi bahwa kita bisa untuk bangkit apabila saling bergandengan tangan,” kata Diah.
Mengingat masih dalam kondisi pandemi, acara ini dilakukan virtual melalui live streaming lewat akun Youtube Perempuan Pelestari Budaya. Sementara, kehadiran di venue dibatasi maksimal hanya 100 pengunjung dengan menerapkan protokol kesehatan sesuai dengan aturan yang berlaku.(rls)