Denpasar (Spotbalinews) –
World Veterinary Day (WVD) merupakan acara tahunan yang dirancang dan ditetapkan untuk mempromosikan dan menekankan aktivitas “penyelamat hidup” yang dilakukan Dokter Hewan di seluruh dunia. Pada tahun 2022, World Veterinary Day jatuh pada 30 April 2022. Tema WVD 2022 adalah meningkatkan peran dokter hewan dalam melindungi hewan yang dapat menderita tetapi tidak dapat berbicara. Dokter hewan dipanggil untuk memastikan hewan-hewan ini memiliki kesempatan hidup dan memastikan kesejahteraan mereka adalah prioritas.
BEM FKH Udayana merayakan dengan tema “The World’s Dangerous Threat: Veterinary Medicine vs. The Rabies Virus”. Salah satu Rangkaian acara dari World Veterinary Day yaitu webinar yang dilaksanakan, Sabtu (16/04/2022). Webinar dibuka secara resmi oleh Dekan FKH Universitas Udayana Prof Dr. drh. I Nyoman Suartha, M.Si. Webinar pada sesi pertama dengan pembicara Prof Dr I ketut Puja, selaku Komisi Ahli Kesehatan Hewan, Kesmavet dan Karantina Hewan Kementerian Pertanian Republik Indonesia membahas Dokter Hewan di tengah Ancaman Rabies. Selanjutnya untuk sesi kedua, dibawakan oleh drh. I Made Angga Prayoga, M.Si selaku anggota Australian Indonesia Health Security Partnership (AIHSP) membawakan materi Peran Serta Mahasiswa Dalam Upaya Penanggulangan Rabies di Bali.
Dalam paparannya,Prof Puja menyampaikan bahwa Rabies adalah penyakit zoonosis yang mematikan. Penyakit rabies bersumber hewan berdarah panas. Karena itu dokter hewan berperan penting dalam pembrantasan rabies. Dokter hewan menyadari bahwa beban ini dapat membebani secara fisik dan mental. Karena itu, diharapkan, dokter hewan yang tangguh lebih siap untuk menangani tantangan dan krisis sehari-hari yang mungkin terjadi dalam praktik. Lebih lanjut disampaikan bahwa untuk memajukan kesehatan dan kesejahteraan hewan khususnya hewan kesayangan di diharapkan dokter hewan harus berkomitmen, dan kerja kolaboratif dengan komunitas dokter hewan global.
Dalam paparannya,Prof Puja menyampaikan bahwa Rabies adalah penyakit zoonosis yang mematikan. Penyakit rabies bersumber hewan berdarah panas. Karena itu dokter hewan berperan penting dalam pembrantasan rabies. Dokter hewan menyadari bahwa beban ini dapat membebani secara fisik dan mental. Karena itu, diharapkan, dokter hewan yang tangguh lebih siap untuk menangani tantangan dan krisis sehari-hari yang mungkin terjadi dalam praktik. Lebih lanjut disampaikan bahwa untuk memajukan kesehatan dan kesejahteraan hewan khususnya hewan kesayangan di diharapkan dokter hewan harus berkomitmen, dan kerja kolaboratif dengan komunitas dokter hewan global. (Ist)
Sumber : www.unud.ac.id