
Lombok, Spotbalinews.com-
Bank Indonesia (BI) bersama Pemerintah Provinsi Bali dan pemerintah kabupaten dan kota se- Bali, terus melakukan koordinasi dan langkah-langkah konkrit dalam memulihkan kembali perekonomian di Pulau Dewata.
Langkah tersebut seperti mengoptimalkan koordinasi dan peran Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Kabupaten dan Kota sehingga bisa menahan laju inflasi daerah. Hal itu diungkapkan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho, didampingi Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Donny H Heatubun, saat Media Gathering Bank Indonesia pada 30 September – 1 Oktober 2022 di Katamaran Resort, Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Lanjut Trisno Nugroho, upaya-upaya memaksimalkan potensi sumber daya lokal seperti pangan beras telur hingga garam agar bisa lebih memberdayakan petani maupun UMKM. “Bali memiliki banyak sumber daya seperti pangan beras, telur, sayuran yang berkualitas, jangan lagi mendatangkan dari luar Bali,” katanya.
Melalui upaya terus menerus dalam mengangkat potensi produk pertanian lokal akhirnya makin banyak konsumen seperti industri pariwisata seperti hotel hotel berbintang kelas dunia seperti Marriot Group yang membeli produk lokal seperti buah dan sayur dan hasil pertanian lainnya.

“Jika hal itu menjadi gerakan bersama dan semakin banyak yang memanfaatkan produk produk lokal Bali, maka akan semakin menggerakkan dan menggairahkan kembali perekonomian di Bali,” jelas Trisno.
Dalam menggairahkan kembali perekonomian Bali seiring membaiknya kondisi pandemi Bank Indonesia terus mendorong masyarakat membelanjakan uangnya untuk berbagai produk lokal.
Mengingat, pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali tumbuh sebesar 3,04% (yoy) di triwulan kedua tahun 2022. Angka ini disebutkan meningkat dari triwulan pertama yang sebesar 1,46% (yoy).
Meskipun sudah memasuki fase pemulihan, kata Trisno, laju pertumbuhan ekonomi Bali masih lebih rendah dibandingkan nasional dan 30 provinsi lainnya. Meski demikian, berdasarkan data yang dirilis BPS, dimana Bali berada di urutan empat terbawah selepas Sulbar, NTT, dan Kaltim.
Trisno Nugroho meyakini, sebelum berakhir tahun 2022, Bali akan beranjak naik, paling tidak di posisi tengah, dan sekitar 1 setengah tahun lagi ekonomi Bali kembali normal.
Trisno mengatakan, kinerja ekonomi Provinsi Bali pada triwulan kedua tahun 2022, sektor pariwisata masih menduduki peringkat pertama dalam menopang lajunya perekonomian. Dilanjutkan oleh akmamin, dan konstruksi seiring dengan membaiknya kinerja pariwisata.
Data BPS kembali menunjukan, angka akmamin yang sebesar 17,64% yang diikuti sektor pertanian sebesar 14,85%, seharusnya menjadi kajian tersendiri bagi pemerintah Provinsi Bali.

Selain Bali adalah Pulau Wisata, Bali seharusnya mampu menjadi pulau penghasil pangan mandiri. “Yang dikatakan kota wisata, hanya ada di Kota Denpasar, Badung, dan Gianyar. Lebihnya, seharusnya bisa dikondisikan menjadi kota penghasil pangan. Jadi tidak perlu lagi impor dari luar Bali,” tandasnya.
Acara tersebut juga mendatangkan Narasumber CBP Rupiah dari NTB, yakni Alex Iskandar yang menjabat sebagai Staf/Asisten Penyelia Perkasan BI, wilayah NTB (TimSBN)

